Selasa, 02 November 2010

saint seiya God Warior

Kyokuhoku no Teki! Densetsu no Goddo Wooriaa
(Musuh dari Kutub Utara! God Warrior Legendaris)
Asgard merupakan daerah terpencil di Utara yang sejak dahulu diselimuti es dan salju. Asgard memiliki dewa bernama Odin dan dipimpin oleh Hilda yang konstelasinya adalah Polaris Star. Suatu hari ketika Hilda sedang berdoa, tiba-tiba terdengar suara di lautan yang mengatakan bahwa dia memiliki kekuatan melebihi Odin dan jika Asgard ingin merasakan hangatnya matahari dan indahnya alam, Hilda diperintahkan untuk membunuh Athena. Namun Hilda menolak sebab dia tidak ingin terjadi perang antar-dewa. Seketika itu juga lautan terbelah dua dan menyerang Hilda sehingga ia jatuh pingsan. Ketika Hilda sadar, di jarinya sudah ada cincin, dan dengan kekuatan cincin itu ia membangkitkan 7 God Warrior: Alpha Star - Siegfried, Beta Star - Hagen, Gamma Star - Thor, Delta Star - Alberich, Epsilon Star - Fenrir, Zeta Star - Syd, dan Eta Star - Mime.

Di Jepang, Athena mendapat kabar bahwa Aldebaran telah dikalahkan seseorang dengan sekali pukul. Tak lama kemudian datang salah seorang God Warrior yang bernama Syd. Dia datang ke Jepang untuk membunuh Athena, namun sebelumnya dia mengunjungi Yunani dulu untuk melihat kehebatan Gold Saint dengan mengalahkan Aldebaran. Mendengar semua itu, Jabu dkk. menyerang Syd, namun dengan sekali serangan saja mereka bisa dikalahkan. Ketika Syd hendak membunuh Athena, tiba-tiba saja serangannya terhenti oleh rantai yang membelit tangannya. Rantai itu tidak lain adalah Nebula Chain milik Shun. Kemudian Seiya pun datang dan menyerang Syd dengan tendangan yang membuatnya tersungkur. Seiya dan Shun rupanya telah menggunakan Bronze Cloth baru yang sudah diperbaiki dari cloth sebelumnya.

Seiya mencoba berhadapan dengan Syd. Syd menyerang Seiya dengan Viking Tiger Claw dan membuat Seiya kewalahan. Kecepatan serangan Syd mendekati kecepatan cahaya dan beberapa kali mengenai Seiya sehingga akhirnya Seiya pun tersungkur. Kemudian giliran Shun yang menghadapi Syd. Dengan cara yang sama dia menyerang Shun, tetapi serangannya bisa ditahan oleh Nebula Chain. Syd tertarik untuk mencoba kehebatan rantai Shun apakah sesuai dengan yang di legenda. Dia menantang Shun untuk bertarung di hutan.

Syd mencoba sembunyi di antara pepohonan, tetapi Nebula Chain tetap bisa menemukannya. Merasa kewalahan, Syd mencoba trik dengan bersembunyi di atas pohon yang arahnya tegak lurus dengan sinar matahari. Ketika Shun menyerang dengan rantai, matanya menjadi silau. "Bodoh, beraninya kau menyerang sinar matahari. Apakah kau tahu cara bertarung?" ejek Syd sambil menyerang balik dengan Viking Tiger Claw. Shun tidak bisa menghindar dan akhirnya tersungkur juga. Syd menyerang lagi untuk menghabisi Shun, tetapi Shun ditolong oleh Ikki, dan Ikki pun menggantikan Shun bertarung dengan Syd. Namun Seiya datang dan berkata bahwa pertarungannya dengan Syd belum selesai.

Seiya pun mulai menyerang Syd dengan Pegasus Ryûsei Ken. Walau awalnya semua serangan Seiya bisa ditangkis, lama kelamaan kecepatan Ryûsei Ken terus bertambah dan sedikit demi sedikit mengenai Syd. Syd pun tersungkur jatuh. "Kau adalah orang pertama yang bisa membuatku terluka," kata Syd. "Tapi seranganmu hanya memberikan goresan kecil saja, sedangkan kecepatan Viking Tiger Claw telah mengenaimu beberapa kali." Benar saja, perut Seiya mulai berdarah terkena cakar Viking Tiger Claw. Ketika pertarungan akan dilanjutkan, tiba-tiba Athena menghentikan pertarungan dan datang bersama Shiryû dan Hyôga. Akhirnya semua Bronze Saint telah hadir. "Rupanya untuk membunuh Athena aku harus mengalahkan kalian dulu. Waktunya akan tiba untuk mengakhiri hidupmu, Athena. Sampai jumpa lagi, Pegasus," kata Syd sambil pergi.

Athena merasa heran, seharusnya Hilda adalah orang yang baik hati. Pasti telah terjadi sesuatu di Asgard. Hyôga meminta izin pada Athena untuk menyelidikinya terlebih dahulu ke Asgard, sedangkan Shiryû akan menanyakannya ke gurunya, Rôshi.

Hiruda! Akuma ni Miirareta Megami
(Hilda!
Dewi yang Terpikat oleh Kejahatan)
Teks & gambar: Ario
Di Asgard, Hyôga bersama Freya, adik Hilda, sedang mencoba melarikan diri dari kejaran prajurit. Freya merasakan adanya perubahan yang terjadi pada Hilda dan bermaksud meminta pertolongan Athena agar kakaknya bisa kembali seperti dulu lagi. Ketika Athena datang, Freya merasakan hangatnya cosmo yang dipancarkan oleh Athena, dan semakin percaya bahwa Athena bisa menolong kakaknya. Freya menjelaskan bahwa semenjak berubah, Hilda tidak pernah lagi berdoa sehingga es mulai mencair. Jika terus berlanjut, maka seluruh es akan mencair dan akan terjadi kebanjiran di seluruh bumi. Mendengar semua itu Athena meminta untuk dipertemukan dengan Hilda, tapi tiba-tiba Hilda datang bersama 7 God Warrior-nya.

Hilda langsung menyerang Athena dengan pancaran cosmo-nya, namun Athena menahannya. Seiya, Shun, dan Hyôga juga berusaha menahan serangan cosmo Siegfried, Mime, dan Syd. Walau hanya pertarungan antar-cosmo, suasananya cukup seru. Hilda mengatakan jika Freya tidak mau kembali, dia akan dianggap sebagai musuh dan hubungan persaudaraan dengan Hilda pun terputus. Mendengar itu Freya terkejut dan sedih.

Sementara itu, Athena memperhatikan jari Hilda dan sangat terkejut melihat cincin yang dipakainya. Ia bertanya kepada Freya sejak kapan Hilda memakai cincin itu. Freya pun mulai sadar bahwa semenjak memakai cincin itu Hilda menjadi seseorang yang berubah drastis. Rupanya sesuai dengan yang diperkirakan Athena, cincin itu merupakan cincin iblis yang bernama Nibelungen. Setiap orang yang memakai cincin itu akan menjadi iblis yang memiliki kekuatan dasyat dan berambisi untuk menguasai dunia. Namun Athena heran kenapa Hilda sampai memakai cincin itu.

Seiya: "Jadi kalau kita melepaskan cincin itu dari jari Hilda, dia akan pulih?"
Athena: "Jika saja bisa semudah itu..."
Seiya: "Baiklah.. Hyôga! Shun! Ayo kita lepaskan cincin itu!"
Athena: "Seiya, setelah memakai cincin itu Hilda menjadi iblis yang sangat kuat."
Seiya: "Tapi, kita adalah saint Athena. Benar kan?"
Athena: "Lakukanlah. Mungkin aku bisa mencegah es agar tidak mencair."

Athena pun pergi menuju ke tebing dekat laut, tempat Hilda biasanya berdoa, dan mengatakan pada Hilda bahwa dia akan menggantikannya untuk berdoa agar es tidak mencair. "Athena, walaupun kau coba yang terbaik, kau hanya bisa menahannya kurang dari setengah hari!" kata Hilda. Athena pun berkata pada Seiya dkk., "Seiya, kalian semua jangan sampai kalah. Harapan umat manusia ada di pundak kalian. Kalian telah melewati ujian dari 12 Gold Saint. Aku percaya padamu, Seiya! Semoga berhasil!" Lalu Athena mulai memancarkan cosmo-nya sehingga lautan pun sedikit demi sedikit kembali menjadi es. Melihat itu, Thor, salah satu God Warrior, mencoba menyerang Athena dengan Boomerang Hammer-nya. Shun mencoba menahannya dengan Nebula Chain tetapi gagal, Boomerang Hammer terus berputar ke arah Athena. Ketika hampir mencapai kepala Athena, Boomerang Hammer tertahan oleh cosmo Athena dan berbalik kepada pemiliknya. "Hammer-ku bisa ditahan? Rupanya kau benar-benar Athena," kata Thor.

Tanpa buang-buang waktu, Seiya, Shun, dan Hyôga mulai mengejar Hilda agar bisa melepaskan Nibelungen Ring. Melihat itu, para God Warrior pun mulai bersiap-siap menyerang Seiya dkk. Namun Hilda melarang mereka, "Yang satu gadis kecil yang memberikan nyawanya untuk menyelamatkan dunia, dan yang satu lagi orang-orang yang memberikan nyawanya untuk menyelamatkan gadis itu. Benar-benar aneh!" Thor meminta agar dia saja yang menghadapi ketiga saint Athena tersebut. Hilda mengizinkannya dengan syarat: jangan langsung membunuh mereka, biarkan mereka menderita dulu agar dia bisa menikmati penderitaannya. Hilda dan keenam God Warrior pun pergi. Yang tinggal hanyalah Thor yang siap berhadapan dengan Seiya dkk.

Kyojin Tooru! Zôo no Kosumo
(Raksasa Thor! Cosmo Kebencian)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Seiya, Shun, Hyôga bergegas menuju Kuil Valhalla untuk menghancurkan Cincin Nibelungen dari jari Hilda.
"Bila kita tidak berhasil bertemu Hilda sampai matahari terbenam, maka bumi akan hancur dan Saori-san juga akan mati!" kata Seiya dengan cemas.
"Ya, tapi sebelum bertemu Hilda, kita pasti akan bertarung sengit dengan God Warrior," jawab Shun.
"Sekuat apa pun lawan kita, kita tak boleh menyerah begitu saja!" seru Hyôga, menyemangati teman-temannya.

Tiba-tiba Rantai Nebula milik Shun bergerak-gerak, pertanda ada musuh.
Badai salju menerpa mereka. Kemudian dengan tiba-tiba pula sepasang kapak menyerang mereka bertiga. Tak lama, pemilik kapak itu muncul. Ia seorang God Warrior bertubuh raksasa.
"Aku adalah pemilik jubah Gamma (ke-3), Phecda Thor," God Warrior itu memperkenalkan diri.
"Takkan kubiarkan kalian mendekati Hilda-sama!"
"Jangan meremehkan kami!" seru Shun sambil melemparkan Rantai Nebula ke arah Thor.
Rantai milik Shun itu memang berhasil membelit tangan Thor, tetapi hanya dengan menggerakkan sedikit lengannya, Thor dapat membebaskan tangannya dari belitan Rantai Nebula, bahkan mementalkan pemiliknya.

"Bangun, Shun!" kata Seiya. "Kita tak boleh berlama-lama di sini. Kau dan Hyôga duluan saja.
Biar orang ini aku yang bereskan."
Hyôga dan Shun segera bergegas. Thor melemparkan kapak kembarnya. Seiya membalas dengan tinjunya. Kapak Thor kembali ke arah pemiliknya. Namun Seiya tertipu. Thor tidak menangkap kapaknya kembali, tapi membiarkannya mengejar Hyôga dan Shun yang berlari di belakangnya. Akibatnya, mereka berdua tersungkur tak sadarkan diri.

Seiya segera menyerang, "Pegasus Ryûsei Ken!" Thor membalas, "Titanic Hercules!"
Tinjuan Thor sangat keras. Seiya tak mampu menahannya dan terjatuh. Thor mendekatinya dan dengan kakinya ia membenamkan kepala Seiya ke dalam es.

Di tengah-tengah ketidakberdayaannya, bayangan Marin muncul dalam pikiran Seiya. Marin mengingatkannya bahwa dalam pertarungan di Sanctuary, Seiya kehilangan semua inderanya tapi masih bisa bertarung dan menang. Maka semangat Seiya pun bangkit kembali dan ia berusaha berdiri lagi.

Thor tertegun melihatnya. "Pegasus! Kau masih hidup rupanya!" katanya. Thor kembali melepaskan Titanic Hercules. Di luar dugaannya, Seiya dapat menahan tangannya. Thor terperosok ke dalam es. Seiya tak membuang waktu lagi, "Rasakan ini...Pegasus Ryûsei Ken!" Tubuh Thor makin terperosok. Dengan gembira Seiya beranjak hendak menghampiri Hyôga dan Shun. Tapi tiba-tiba Thor muncul kembali di hadapannya.
"Kaukira dengan begini kau bisa mengalahkan aku?" kata Thor.

Sementara itu, Hilda mengetahui bahwa Thor sedang kewalahan. Ia mengirim cosmo-nya. Di tempat lain, Saori juga mengirimkan cosmo-nya kepada Seiya. Maka Thor yang dibantu cosmo Hilda kembali berhadapan dengan Seiya yang dilindungi cosmo Athena.

Kyosei no Namida! Hiruda no Tame ni Shisu
(Air Mata Bintang Raksasa! Mati demi Hilda)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Saat mengejar Hilda ke Valhalla, Seiya, Hyôga, Shun dihadang oleh God Warrior Phecda Thor. Kapak kembar Thor menjatuhkan Hyôga dan Shun. Tinggal Seiya yang mati-matian menghadapinya. Tapi Seiya tak dapat berbuat banyak. Tinju Thor yang sangat keras tak mampu dihindarinya.

"Titanic Hercules!" Kembali Thor menyarangkan tinjunya. Tubuh Seiya terperosok ke jurang yang dalam. Beruntung sebelum ia terperosok lebih dalam lagi seseorang menyelamatkannya. Seiya tertegun melihat bahwa orang itu adalah Shiryû.

"Maaf, aku terlambat. Aku baru kembali dari Gorôhô," kata Shiryû. "Dengar, Seiya, Rôshi juga sudah mengetahui tentang Asgard. Katanya, Hilda berubah karena ia memakai Cincin Nibelungen."
"Itu aku sudah tahu," sela Seiya. "Kita harus melepaskan cincin itu dari jari Hilda dan menghancurkannya."
"Tapi tak semudah itu," sambung Shiryû. "Untuk dapat melakukannya, satu-satunya cara adalah dengan menggunakan Pedang Balmung yang terdapat di patung Odin di Valhalla. Tapi untuk mendapatkan pedang itu, kita harus mengalahkan tujuh God Warrior dan mengumpulkan tujuh Safir Odin dari robe [jubah] mereka."
"Kalau begitu, ayo, kita kalahkan ketujuh God Warrior!" seru Seiya dengan bersemangat sambil bangkit berdiri.
"Hahaha!! Kau takkan dapat melakukannya, Pegasus!"
Seiya dan Shiryû tertegun. Ternyata Thor mendengar pembicaraan mereka.

"Shiryû, kau duluan saja. Biar aku yang menghadapi orang ini," kata Seiya. Shiryû pun bergegas meninggalkan mereka berdua. Thor kembali menyerang Seiya. Seiya terdesak oleh kekuatan pukulan Thor. Tapi seketika itu pula ia merasakan cosmo Saori membantunya. Semangat Seiya bangkit kembali.

Sementara itu, Shiryû tiba di tempat Hyôga dan Shun yang sudah sadar dari pingsannya. Kepada mereka berdua, Shiryû menceritakan hal yang tadi ia ceritakan kepada Seiya. Mereka bertiga pun bersiap-siap melanjutkan perjalanan untuk mengumpulkan Safir Odin dari para God Warrior. Tapi belum sempat mereka beranjak, Thor muncul menghadang. Shiryû, Hyôga, dan Shun mengira bahwa Seiya sudah kalah. Namun tiba-tiba terdengar suara, "Tunggu! Biar aku yang menghadapi orang itu!"
Ketiga teman Seiya heran campur gembira melihat Seiya. Thor juga merasa heran. Dia tak menduga Seiya masih hidup.

Thor pun kembali menyerang. Tinjunya bersarang di perut Seiya. Seiya tersungkur. Namun sekali lagi ia merasakan cosmo Saori. Seiya bangkit. Thor kembali melepaskan tinjunya. Seiya membalas dengan Pegasus Ryûsei Ken. Tinju Seiya menembus tubuh Thor. Tubuh Thor tak bergerak. Tampak darah keluar dari mulutnya.

Thor teringat pengalamannya sebelum menjadi God Warrior. Ia dikejar-kejar tentara Asgard dan terluka. Namun Hilda datang menyelamatkannya. Tak hanya itu, Hilda juga menyembuhkan luka Thor. Thor masih ingat betul cosmo Hilda yang hangat dan senyumnya yang ramah. Berbeda sekali dengan Hilda yang sekarang, yang selalu tersenyum sinis.
"Hilda-sama, mengapa kau berubah? Mudah-mudahan Seiya bisa menolongmu."

Tubuh Thor ambruk ke tanah yang diliputi salju. Tampak sebutir batu berwarna biru keluar dari robe-nya. Seiya mengambilnya. "Jadi ini Safir Odin?"
"Kita harus mengumpulkan enam butir lagi," kata Shiryû.
"Waktu kita tidak banyak. Supaya cepat, kita berpencar saja," sambung Seiya.

Kiba Muku! Kita no Ôkami Fenriru
(Menunjukkan Taring!
Fenrir, Serigala dari Utara)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Setelah bertarung mati-matian, Seiya berhasil mengalahkan Thor dan memperoleh Safir Odin. Dari tujuh safir yang ada, Seiya dan kawan-kawan masih harus mengumpulkan enam butir lagi. Untuk mempercepat waktu, mereka berpencar untuk mencapai Kuil Valhalla.

Shiryû yang sedang berlari merasakan ada yang aneh. Ia merasa seperti hanya berputar-putar di tempat yang sama. Shiryû sangat kebingungan. Tiba-tiba ia teringat pada Shura.

Shura, lawan yang dihadapinya pada pertempuran di Sanctuary, terkesan dengan semangat juang Shiryû. Di samping itu, ia merasa sangat berdosa karena dahulu hampir membunuh Athena. Karenanya, ketika mereka berdua hampir mati karena jurus maut Shiryû, Rozan Kô Ryû Ha, Shura cepat-cepat melepaskan cloth-nya dan mengenakannya pada tubuh Shiryû, lalu menendang Shiryû kembali ke bumi. Shiryû pun lolos dari maut.

"Shiryû, lindungilah Athena!" Kata-kata yang diucapkan Shura sebelum ia mati kini kembali terngiang-ngiang di telinga Shiryû. Semangat Shiryû bangkit kembali. Ia bertekad takkan menyerah demi melindungi Athena.

Tiba-tiba terdengar lolongan serigala. Seketika itu pula, belasan ekor serigala menyerang Shiryû dari segala arah. Shiryû memusatkan tenaganya sambil menangkis cakar-cakar serigala yang menyerangnya. "Rozan Shô Ryû Ha!!"

Tubuh serigala-serigala itu berjatuhan di sekeliling Shiryû. Tiba-tiba Shiryû melihat sesosok tubuh di atas tebing. Sosok itu mengenakan robe berwarna kebiruan yang di bagian tangannya terdapat cakar. Rambutnya yang perak kelihatan seperti bulu serigala. "Aku adalah God Warrior dari bintang Epsilon (ke-5), Alioth Fenrir," ia memperkenalkan dirinya.

"Kau sudah membunuh teman-temanku. Takkan kumaafkan!" seru Fenrir. Ia bersiul memanggil serigala-serigala lain. Belum sempat Shiryû berpikir panjang, Fenrir sudah melepaskan tinjunya, "Wolf Cruelty Claw!" Shiryû berusaha menahan dengan perisainya, tapi pukulan Fenrir sangat cepat. Tinju yang menyerupai cakar serigala itu merobek mata Shiryû.
Aware! Noozan Gun Rô Ken no Sadame
(Tragis!
Nasib Tinju Kawanan Serigala dari Utara)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Shiryû yang sedang menghadapi Alioth Fenrir tak berdaya. Kedua matanya terluka kena cakaran Fenrir. Akibatnya, Shiryû tak lagi dapat melihat dengan jelas.
"Walau aku tak dapat melihat, aku harus bertahan!" tekad Shiryû sambil meringis menahan perih.

"Mati kau! Wolf Cruelty Claw!!" Fenrir kembali menyarangkan tinjunya. Shiryû tersungkur. Luka di matanya makin dalam dan perih. Fenrir menghampirinya, dan dengan kakinya ia berkali-kali membenamkan kepala Shiryû ke dalam es. Setelah itu ia memanggil serigala-serigala yang merupakan teman-temannya.
"Kalian lapar, kan? Makanlah dia sepuas kalian," kata Fenrir kepada serigala-serigala itu sambil menunjuk ke arah Shiryû.

Di tengah-tengah situasi kritis itu, Saori memanggil Shiryû melalui cosmo-nya. Semangat Shiryû bangkit kembali. Sementara itu, Fenrir yang sedang asyik mengamati serigala-serigalanya bersiap memangsa Shiryû tiba-tiba terpana. Serigala-serigala itu tiba-tiba terpental semua. Melihat Shiryû-lah penyebabnya, Fenrir sangat marah. Ia kembali menyarangkan tinjunya. Shiryû terjerembab lagi.

Fenrir kembali menyuruh serigala-serigala itu agar memangsa Shiryû. Tapi tiba-tiba tubuh Shiryû diliputi cosmo kekuningan. Serigala-serigala yang hendak memangsa Shiryû tiba-tiba bergerak mundur, seakan-akan diperintahkan oleh cosmo itu. Fenrir terheran-heran melihatnya. "Kalian kenapa? Ayo, makanlah Shiryû!" teriaknya. Kawanan serigala itu bergerak maju, namun mundur kembali karena cosmo yang melindungi Shiryû itu.

"Cosmo apa ini? Rasanya berbeda dengan milik Hilda-sama," gumam Fenrir.
"Itu adalah cosmo Athena," jawab Shiryû. "Dengar, Fenrir, berikan Safir Odin milikmu padaku. Jika tidak, Hilda takkan tertolong dan dunia akan terancam. Kau harus percaya padaku."
"Huh, aku lebih percaya pada serigala daripada manusia!" balas Fenrir.

Ketika Fenrir masih kecil, ia dan kedua orangtuanya diserang oleh seekor beruang. Melihat kedua orangtuanya mati diterkam beruang, Fenrir meminta tolong kepada pamannya. Namun bukannya menolong, paman Fenrir justru melarikan diri. Lalu muncul kawanan serigala yang menolong Fenrir dari serangan beruang itu. Sejak saat itu, serigala menjadi sahabat dan pelindung Fenrir. Dan tak seorang pun yang dapat menundukkan serigala-serigala Fenrir, kecuali Hilda. Itulah sebabnya mengapa Fenrir menganggap Shiryû mengada-ngada karena berkata bahwa Hilda adalah orang jahat.

"Sudahlah, aku tak punya waktu untuk mendengarkan omong kosongmu!" seru Fenrir sambil kembali melepaskan tinjunya. "Wolf Cruelty Claw!!"

Shiryû tak dapat mengelak. Sekumpulan serigala menyerangnya. Di saat bersamaan, tinjuan Fenrir mengenainya dengan telak.

Hyôgen ni Kiyu! Kanashiki Tôboe
(Lenyap di Padang Es!
Raungan Kesedihan)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Walau kedua matanya terluka, Shiryû terus berjuang sekuat tenaga menghadapi Fenrir. Shiryû mencoba menyerang dengan Rozan Shô Ryû Ha. Fenrir terkena, dan tubuhnya terseret. Tapi dengan segera ia bangkit lagi. "Huh, kekuatan saint Athena tak ada apa-apanya!" celanya.

Sementara itu, Hyôga dihadang God Warrior dari bintang Beta (ke-2), Merak Hagen. Hyôga langsung menantang Hagen untuk bertarung. "Biar kutunjukkan jurus yang diajarkan Crystal Saint dan Aquarius Camus ini: Diamond Dust!!" Tubuh Hagen diselimuti es. Tapi baru sebentar, es yang menyelubungi Hagen hancur berkeping-keping.

Shiryû yang masih berhadapan dengan Fenrir mencoba cara lain. Ia melepaskan tinjunya, "Rozan Shô Ryû Ha!"
"Sudah tahu jurus itu tak mempan padaku, masih kaupakai juga!" cela Fenrir.
Tapi ternyata Shiryû mengarahkan tinjunya ke tebing es yang berada di belakang Fenrir. Tinju yang dikerahkan dengan segenap tenaga itu menghancurkan tebing es dan berakibat timbulnya banjir es. Fenrir yang baru menyadarinya berusaha lari, tapi terlambat. Tubuhnya terseret arus es. Shiryû pun mengalami hal yang serupa.

Setelah arus es yang deras itu berhenti, serigala-serigala Fenrir mengorek-ngorek es, mencari Fenrir. Di kejauhan, tampak sebuah cosmo menghancurkan timbunan es. Shiryû keluar dari dalamnya. Ia melihat bahwa serigala-serigala itu telah berhasil menggali tubuh Fenrir keluar dari dalam es. Tapi Fenrir sudah tak bergerak. Serigala-serigala dengan sedih meraung bersahut-sahutan. Shiryû melihat Safir Odin tergeletak tak jauh dari tubuh Fenrir. Ia mengambilnya dan bergegas pergi. Tapi belum jauh Shiryû berjalan, serigala-serigala Fenrir menyerangnya. Shiryû terperosok ke jurang yang sangat dalam.

Sementara itu, Hyôga kembali berhadapan dengan Hagen. Hyôga melepaskan Diamond Dust-nya lagi, tapi Hagen menangkisnya dan membalikkannya hanya dengan sebelah tangan. Hyôga tak sempat menghindar. Tubuhnya diliputi es. Hagen tersenyum sinis melihatnya, lalu beranjak pergi. Tapi tiba-tiba terdengar suara Hyôga, "Aku sudah pernah terkurung dalam Freezing Coffin milik Camus. Yang seperti ini tidak ada apa-apanya!" Kemudian es yang menyelubungi tubuh Hyôga hancur.

Furea! Ai Yue no Shitô
(Freya!
Pertarungan Maut Demi Cinta)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Hyôga dihadang oleh Hagen, God Warrior yang paling setia kepada Freya dan Hilda.
"Hagen, aku Cygnus Hyôga, akan mengambil Safir Odin darimu!" seru Hyôga.
Hagen membelalakkan matanya. Pikirnya, berani sekali Hyôga berkata begitu.
"Semua untuk menghancurkan Cincin Nibelungen yang membuat Hilda menjadi jahat, dan agar Freya tidak terus menderita."
Hagen kembali terbelalak mendengar nama Freya disebut.
"Ya, demi Freya, serahkan Safir Odinmu padaku. Aku datang ke sini atas permintaannya."
"Huh, omong kosong!" Hagen melepaskan tinjunya ke arah Hyôga. Hyôga terpelanting dan terperosok ke dalam es. Namun dengan ilmu yang telah diajarkan Camus, Hyôga mampu keluar dari perangkap es.
"Dengar Hagen, melindungi Athena adalah tugas dan tanggungjawab seorang saint. Jika kau tahu apa yang dikatakan Freya padaku, kau juga pasti akan setuju dengan apa yang kulakukan."

Saat diutus Saori menyelidiki Asgard, Hyôga tertangkap dan dimasukkan ke penjara. Kedua tangannya diikat dan tubuhnya dipukuli hingga ia pingsan. Ketika sadar, seorang gadis datang menolongnya. Kata gadis itu, "Aku Freya, adik Hilda, penguasa Asgard. Saint Athena, kumohon tolonglah kakakku. Ia sekarang telah berubah menjadi jahat. Aku tahu, hanya Athena dan saint-nya yang dapat menolongnya."

Hagen tak percaya mendengar cerita Hyôga, "Bohong! Itu karena kau membohonginya. Aku tahu siapa Freya. Aku sangat dekat dengannya!"
Hagen sudah bersahabat dengan Freya sejak kecil. Freya-lah yang memberi semangat kepada Hagen agar bisa menjadi God Warrior seperti sekarang. Jika kini Freya berubah pikiran, pantas jika Hagen tak percaya dengan apa yang dikatakan Hyôga.

"Aku sudah berjanji untuk melindungi Freya, Hilda, dan Asgard!" seru Hagen. "Aku juga sudah berjanji untuk menolong Freya dan Hilda," balas Hyôga, tak mau kalah. "Jangan banyak bicara! Rasakan tinjuku ini...Great Hagen Pressure!" "Diamond Dust!" Terjadi benturan keras akibat kedua jurus itu, namun jurus Hyôga tak melukai Hagen sedikit pun. Hagen malah lari ke dalam sebuah gua. Hyôga mengejarnya.

Ternyata Hagen menjebak Hyôga. Gua itu penuh dengan magma seperti gunung berapi dan suhunya sangat panas. Tak ampun lagi, Hagen mendera Hyôga dengan hawa panas yang keluar dari telapak tangannya. Hyôga tak berdaya. Tubuhnya seperti dipanggang.

Cosmo Hyôga yang sedang kesakitan menahan panas dirasakan oleh Kiki.
"Hyôga pasti sedang bertarung dengan Hagen!" seru Freya dengan panik. "Aku harus menghentikan mereka!"
Freya beranjak dari duduknya, dan bergegas menuju ke tempat pertarungan Hyôga dan Hagen.

Mae Hakuchô! Hyôchû no Shakunetsu Jigoku
(Menarilah, Angsa!
Neraka yang Membara di Tengah Es)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Dengan tinju tenaga panas dan tenaga dingin, Hagen melempar Hyôga ke tepi kawah. Hawa panas yang ditimbulkan Hagen sangat menyiksa Hyôga. Freya yang mengetahui Hyôga sedang bertarung dengan Hagen segera menuju ke tempat pertarungan.
"Hagen, kau tak boleh membunuh Hyôga. Jika kau memang Hagen, kau pasti mengerti aku. Kau harus melindungi Asgard, aku, dan kakakku," desis Freya terengah-engah sambil mempercepat larinya.

Sementara itu, Hagen tak segan-segan mendera Hyôga. Setelah terkena beberapa pukulan, Hyôga jatuh tersungkur. Ia mencoba bangkit, namun sebelum kedua kakinya berdiri tegak, pukulan Hagen kembali bersarang di tubuhnya. Namun Hyôga pantang menyerah sebelum mendapatkan Safir Odin dari Hagen. Hagen kembali menyarangkan tinjunya, dan sekali lagi Hyôga tersungkur.

"Hagen, Hilda tak sungguh-sungguh demikian. Ia jadi seperti itu karena pengaruh Cincin Nibelungen di jarinya. Kau harus percaya itu!" kata Hyôga.
"Hentikan bualanmu, Hyôga!" seru Hagen sambil untuk kesekian kalinya menghajar Hyôga dengan jurusnya.

Hyôga terpental, ambruk di tepi kawah. Mahkotanya lepas dari kepalanya. Mengira Hyôga sudah mati, Hagen mengambil mahkota itu dan hendak membawanya pergi.

"Akan kuberikan mahkota ini kepada Hilda-sama sebagai tanda bahwa Hyôga sudah mati," gumamnya.

Hyôga betul-betul tak berdaya. Hagen hendak menceburkannya ke dalam lahar panas. Tiba-tiba sebuah suara lembut mencegahnya.
"Jangan lakukan itu, Hagen!"
Hagen terperangah, "Freya-sama!" Ia menjatuhkan tubuh Hyôga ke tanah.

Hyôga berusaha melindungi Freya, namun tinju Hagen begitu dahsyat. Hyôga dan Freya terpental. Mengetahui Freya pingsan, Hyôga sangat marah. Ia memusatkan energinya, "Membaralah cosmo-ku! Diamond Dust!!" Hagen membalas, "Great Hagen Pressure!"

Hawa panas yang dikeluarkan Hagen menahan hawa dingin pukulan Hyôga. Benturan kedua tenaga berbeda suhu itu menimbulkan kilatan dahsyat. Hawa dingin Hyôga menembus hawa panas Hagen. Hagen terpental dan mati.

Ayashi no Tategoto! Shun wo Izanau Shi no Pureryuudo
(Harpa Ajaib! Irama Kematian Menggoda Shun)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Setelah mengalahkan Hagen, Hyôga mengambil Safir Odin lalu meneruskan perjalanan. Ia menyuruh Kiki menjaga Freya yang masih pingsan.

Di tempat lain, Seiya berjalan gontai. Rasa sakit akibat tinju Thor masih terasa. Tanpa ia sadari, kakinya menginjak tepi jurang. Seiya pun terperosok. Ia berusaha bangkit, walau rasa sakit terus menderanya. Untunglah cloth-nya yang hancur akibat pertarungan di Sanctuary telah diperbaiki oleh Mû. Berkat cloth baru itu, daya tahannya menjadi lebih kuat. Seiya teringat perkataan Mû bahwa cloth bukan hanya sebagai alat pelindung, tetapi juga memiliki jiwa. Setelah pertarungan di Sanctuary, Bronze Cloth telah mati. Untuk menghidupkannya kembali, Mû bersama Aldebaran, Aioria, Shaka, dan Milo memperbaiki cloth Shiryû, Shun, Seiya, Ikki, dan Hyôga dengan darah mereka.

Seiya tersentak dari lamunannya, "Di cloth-ku ini mengalir darah Aioria dan Gold Saint lainnya. Aku tak boleh menyerah!" Seiya berdiri dan mulai memanjat ke atas.

Sementara itu, Shun sedang merenung tentang pertarungan yang tak ada habisnya. Ia merasa resah, sebab walau bertarung demi perdamaian, tetap saja banyak korban yang jatuh.

Lamunan Shun terhenti. Ia mendengar musik yang indah. Anehnya, karena suara musik itu Rantai Nebula-nya tak dapat bergerak. Di hadapan Shun terlihat seorang pemuda sedang bersandar di tembok sambil memainkan harpa.
"Siapa kau?" sapa Shun.
"Aku adalah God Warrior pemilik robe Eta (ke-7), Benetnasch Mime," jawab pemuda itu sambil terus memainkan harpanya. "Musik ini penghibur bagiku, tapi penghantar kematianmu."
"Maaf Mime, sebenarnya aku tak ingin bertarung denganmu. Tapi jika kau menghalangiku, sambutlah rantaiku ini...Nebula Chain!"

Rantai Shun bergerak secepat kilat menuju sasaran, namun berhenti di kening Mime tanpa mengenainya, apalagi melukainya. Sedangkan Mime tetap saja duduk tenang memainkan harpanya. Kemudian ia menarik salah satu senar. Dari tarikan senar itu timbul kekuatan besar yang melempar Shun ke salah satu tembok. Tembok itu hancur seketika.

Shun melindungi dirinya dengan Rantai Nebula. Mime kembali menarik salah satu senar harpanya. Kekuatan yang ditimbulkan dawai itu menembus pertahanan Shun dan sekali lagi menghempaskan Shun ke tembok.

Shun mulai patah semangat. Rantai Nebula yang biasanya cepat mendeteksi keberadaan musuh, kali ini bergerak pun tidak. Shun merasa bahwa tak ada gunanya ia bertarung. Namun di saat ia putus asa, bayangan Ikki membangkitkan semangatnya. Shun pun bangkit lagi, "Baiklah niisan, aku percaya padamu."

Shi no Senkoku! Sutoringaa Rekuiemu
(Hukuman Mati! Stringer Requiem)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Shun kewalahan menghadapi Mime. Rantai Nebula-nya sama sekali tak bereaksi terhadap Mime. Sebaliknya, Mime dengan mudah menjatuhkan Shun berkali-kali hanya dengan menarik senar harpanya.
"Masa kau masih belum mengerti, Andromeda?" ejek Mime. "Rantaimu takkan dapat melukaiku!"

Mime mulai memainkan harpanya lagi. Tiba-tiba keanehan terjadi. Mime ada di mana-mana, mengelilingi Shun. Shun melemparkan rantainya dengan membabi-buta, namun rantainya hanya menembus bayangan Mime yang kemudian menghilang dan muncul lagi di tempat lain. Di saat Shun berhasil menjerat tubuh Mime, ternyata itu hanya sebuah tiang. Tiba-tiba Mime sudah ada di belakang Shun dan melepaskan tinjunya yang membuat badan Shun kembali terpental.

Shun merasa penasaran. "Jika aku tak mendengarkan suara musiknya, mungkin rantaiku akan berfungsi secara optimal," pikir Shun.
Shun memusatkan konsentrasinya. Ia mengamati Mime dengan tatapan tajam. Tiba-tiba matahari muncul dari balik awan, dan Shun melihat dimana posisi Mime yang sesungguhnya. Dengan cepat Shun melesatkan rantainya, "Nebula Chain!"
Rantai Shun membelenggu lengan Mime. Namun hanya dengan sekali gerakan, Mime mengibaskan Rantai Nebula hingga terlepas dari lengannya. Shun sudah kehabisan akal. Ia menanggalkan rantai dan cloth-nya. Mime terheran-heran melihatnya, "Apa yang kau lakukan? Kau mau melawanku tanpa cloth dan rantai? Yang benar saja!"

Shun memusatkan tenaganya. Timbul angin ribut yang kekuatannya sangat besar. Mime terperangah.
"Aku masih bisa bertarung walau tanpa cloth dan rantai," kata Shun. "Rasakan ini...Nebula Stream!"
Tubuh Mime terseret ke belakang. Dengan susah payah ia berdiri tegak.
"Mime, kau masih punya kesempatan. Kita hentikan pertarungan kita. Serahkan Safir Odin padaku. Ini semua demi menolong Hilda!" ujar Shun.
Namun Mime menolak permintaan Shun. Maka Shun pun mengerahkan energi tertingginya dan melepaskan jurus pamungkasnya, "Nebula Storm!" Tubuh Mime terlempar ke angkasa dan lenyap dari pandangan.

Shun terduduk. Ia kehabisan tenaga.
"Aku telah mengalahkan Mime. Tapi aku tak mendapatkan Safir Odin," desahnya.
Ia bangkit dan hendak melanjutkan perjalanan. Namun tiba-tiba Shun tersentak. Ia melihat untaian senar melilit sebuah tiang. Shun menoleh ke atas, dan Mime ada di situ, berpegangan pada harpanya.

"Nebula Storm ya?" ujar Mime sinis sambil melompat ke bawah. "Tak kuduga kau punya jurus terakhir seperti itu. Tapi, aku pun punya jurus terakhir! Rasakanlah ini...Stringer Requiem!"
Terdengar irama musik yang cepat. Bersamaan dengan itu, senar-senar harpa Mime menyerang Shun, melilit seluruh tubuhnya. Makin lama makin kuat. Tubuh Shun mulai mengeluarkan darah.
"Begitu musik ini berhenti, kau akan mati," kata Mime sambil tersenyum licik.
Shun merasa kesakitan yang luar biasa. Ia merasa putus asa, namun Saori, Seiya, dan teman-temannya yang lain tak ada yang menjawab seruannya. Shun tak dapat menerima jika ia harus mati dengan cara demikian.
Tiga butir bola seperti mutiara muncul pada harpa Mime.
"Sudah saatnya," ujar Mime. "Selamat tinggal, Andromeda!"

Kanashimi no Yûsha! Itetsuita Zôo
(Pahlawan yang Sedih! Kebencian yang Membeku)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Dalam pertarungannya dengan Mime, Shun hampir tewas. Beruntung Ikki datang tepat pada waktunya.
"Kalau kau tak datang, adikmu pasti sudah mati di tanganku," kata Mime. "Kalian kakak beradik saling mendukung. Tapi menyelamatkan Athena dan mengalahkanku sama saja mimpi di siang bolong."
"Majulah kau, Mime. Biar kita tahu siapa yang akan ke akhirat lebih dulu!" tantang Ikki sambil memusatkan tenaganya.

Mime menarik senar harpa. Tinju kilatnya menyambar-nyambar. Namun rupanya Ikki lebih tangguh dari Shun. Ia berhasil menghindar dari tinju kilat Mime.
"Kehebatan tinju kilatmu sebanding dengan Gemini Saga.
Jika aku tak pernah berhadapan dengan Saga, aku pasti takkan dapat menghindar," kata Ikki.

Kali ini Mime memainkan harpanya dengan cepat. Sesuai dengan iramanya, bayangan Mime bertambah banyak. Ikki memusatkan konsentrasinya.
"Jangan puas dulu, Mime. Musikmu memang mematikan, tapi tidak bagiku karena sama seperti kau, aku juga punya jurus ilusi."

Ikki dan Mime mengadu tinju mereka. Hanya dengan menarik satu senar, Mime membalikkan tinju Ikki sehingga Ikki terlempar, menghantam tembok. Walau begitu, dari tangan Mime menetes banyak darah. Namun bagi Ikki itu tidak penting, sebab Mime masih belum bisa dijatuhkannya. Ia mencoba lagi, "Phoenix Gen Ma Ken!"

Efek tinju Ikki menembus kepala Mime. Mime terkesiap. Bayangan sedih dari masa lalunya terkuak kembali.

Ternyata Mime adalah anak dari prajurit paling hebat di Asgard, bahkan kehebatannya melebihi ayahnya, sehingga tak heran bila Shun dan Ikki tak mampu menjatuhkannya. Namun rupanya prajurit terhebat Asgard itu bukanlah ayah kandung Mime. Orangtua Mime yang sebenarnya dibunuh ketika ia masih bayi, dan pembunuhnya adalah orang yang selama ini dianggap Mime sebagai ayahnya! Walau begitu, ayah angkat yang telah membunuh orangtua Mime itu membesarkan dan mencintainya walau ia selalu dilatih dengan sangat keras. Karena itulah Mime merasa berdosa telah membunuh ayah angkatnya.

Fushichô! Shinku ni Moeru Tsubasa
(Burung Abadi! Sayap Api yang Membara)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Dengan Phoenix Gen Ma Ken-nya Ikki berhasil membongkar hati kecil Mime. Rupanya Mime mencintai ayah angkat yang dibunuhnya, tapi di sisi lain ia juga membenci ayahnya karena telah membunuh orangtua kandungnya.
"Walaupun kau membunuhnya, kebencian dalam dirimu takkan lenyap. Kau harus minta maaf pada ayahmu demi membalas budi kepadanya yang sangat mencintaimu," kata Ikki.
"Diam kau! Memangnya kau tahu apa? Terimalah tinjuku ini!"
Mime menghajar Ikki dengan tinju kilatnya. Ikki terpental.
"Mengapa ia tak menghindar dari tinjuku?" tanya Mime dalam hati.

Sekali lagi Ikki dan Mime mengadu tinju mereka. Benturan kedua tinju itu mengakibatkan mereka berdua sama-sama terlempar. Ikki segera bangkit lagi dan kembali bersiap-siap untuk menyerang Mime.

"Huh, jangan lupa. Aku masih punya jurus lain yaitu Stringer Requiem yang segera akan menghabisimu!"
Mime menarik senar harpanya. Senar-senar yang menyerupai benang kusut menyerang Ikki, melilit sekujur tubuhnya sehingga terasa sangat sakit. Di saat nyawa Ikki makin terancam, Shun melemparkan Rantai Nebula hingga menahan lengan Mime. Tapi Ikki tak mau dibantu.
"Tarik kembali rantaimu, Shun! Orang itu..harus aku yang menghadapinya. Cepat tarik kembali rantaimu!"
Shun menuruti permintaan abangnya. Mime tercengang melihatnya.
"Kau gila. Mau mati ya?"

Tiga butir bola kembali muncul pada harpa Mime dan segera melesat ke arah Ikki untuk menghabisinya. Ikki berkonsentrasi memusatkan tenaganya.
"Berkobarlah cosmo-ku!"
Senar-senar harpa Mime terbakar cosmo Ikki yang panas, lalu putus. Ikki sendiri hilang entah ke mana.
"Lari kemana kau, Phoenix?" seru Mime sambil menoleh kesana-kemari.
Ternyata Ikki telah membakar cloth-nya untuk menghancurkan senar harpa Mime. Ikki kembali meningkatkan tenaganya.
"Hô Yoku Ten Shô!"
Mime terpental. Harpanya hancur berkeping-keping. Ikki mendekatinya.

"Dalam adu tenaga mungkin kau lebih hebat dariku. Tapi karena hatimu dipenuhi dendam, aku bisa lebih unggul darimu."
"Apa?"
"Ya, dunia ini memang penuh kekejaman. Dulu pun aku memberontak terhadap Athena. Namun aku mempunyai teman sehidup semati. Kau pun sama seperti diriku yang dulu. Jika kau bertarung untuk mewujudkan harapan dan cita-citamu, dan bukan karena dendam, kau pasti bisa mengalahkanku."
Tiba-tiba Mime berdiri dan melepaskan robe-nya.
"Baiklah, akan kucoba biar aku tahu apakah yang kau katakan itu benar."
Ikki dan Mime saling melepaskan jurus masing-masing.

Ikki tampak kesakitan. Shun berlari menghampirinya. Lalu mereka mendengar suara Mime.
"Phoenix, kata-katamu memang benar. Seandainya aku lahir kembali, kuharap kita akan bertemu sebagai teman, bukan sebagai lawan."
Ikki dan Shun tertegun mendengar kata-kata Mime. Tiba-tiba Mime ambruk.
"Maaf, ayah. Aku tak bisa menjaga Asgard. Tapi Phoenix dan teman-temannya akan melakukannya untukku. Selamat tinggal, Phoenix...juga Andromeda."

Mime memejamkan matanya. Ia telah tewas. Shun tampak terpukul. Tiba-tiba ia melihat Safir Odin dalam genggaman Mime. Shun pun mengambilnya. Saat itu terdengar suara Ikki memanggil adiknya.
"Shun, cepat susul Seiya dan teman-teman!"
"Niisan, bagaimana denganmu?"
"Jangan pedulikan aku. Cepatlah, kita tak punya banyak waktu!"
Shun pergi meninggalkan Ikki dan Mime. Ikki menghampiri tubuh Mime.
"Mime, aku juga berharap bahwa di kehidupan mendatang kita akan bertemu sebagai teman, bukan sebagai lawan."
Ikki tersungkur kehabisan tenaga.

Ma no Amezisuto! Seinto no Hakaba
(Amethyst Setan! Kuburan Saint)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Sudah empat dari tujuh God Warrior tewas di tangan Bronze Saint. Hilda tak mau ambil resiko lagi. Ia menunjuk Alberich, God Warrior yang terkenal karena kejeniusannya, untuk membereskan para Bronze Saint. Siegfried dan Syd agak segan dengan penunjukan itu, tapi mereka tak dapat berbuat apa-apa karena Hilda sudah mengambil keputusan. Hal ini membuat Alberich angkuh. Ia balik mencemooh Siegfried dan Syd yang selama ini selalu merendahkannya.
Alberich boleh bangga terhadap keputusan Hilda sebab sebelumnya Hilda tak pernah senang dengan kelakuan Alberich dan selalu mengkritiknya yang menggunakan kejeniusannya untuk melakukan hal-hal jahat. Tapi entah mengapa kali ini Hilda memihaknya.

Tiba-tiba ia melihat seseorang menyelinap.
"Siapa kau? Berani-beraninya menyusup ke Asgard!" hardik Alberich
Ia menembus hutan, mengejar si penyusup. Setelah kejar-mengejar selama beberapa saat, akhirnya Alberich berhasil mengejar si penyusup yang ternyata adalah Marin.

Pertarungan sengit tak terhindarkan. Marin tak mampu mengatasi Alberich, dan Alberich menggunakan kelicikannya untuk mengalahkan Marin. Walau begitu, Marin terus berjuang.
"Walau aku harus kehilangan nyawaku, aku takkan mati sia-sia!" seru Marin.
"Apa benar begitu? Coba lihat ke sana!" kata Alberich sambil menunjuk ke sampingnya.
Marin terperangah. Pemandangan mengerikan terhampar di hadapannya. Tengkorak dan tulang belulang manusia terbungkus dalam kristal ungu.
"Itu adalah kristal Amethyst," kata Alberich. "Sebentar lagi kau juga akan kumasukkan ke situ. Baru kali ini ada tengkorak perempuan."
Tanpa menunggu lama, Alberich langsung melancarkan serangan.
"Amethyst Shield!"
Ratusan kristal berwarna ungu berhamburan dari tangan Alberich, menyerang Marin. Marin tak berdaya. Perlahan-lahan tubuhnya terbungkus kristal.

Di tempat lain, Seiya merasakan cosmo Marin yang semakin melemah. Ia mengejarnya, dan bertemu dengan Alberich.
"Siapa kau?" tanya Seiya.
"Aku adalah Alberich, pemilik robe bintang Delta (ke-4), Megrez."
"Aku Pegasus Seiya."
"Seiya, sepertinya kau menginginkan Safir Odin milikku," ujar Alberich sambil tersenyum culas. "Tapi dengan keadaan tubuhmu yang seperti itu, kau takkan dapat melawanku. Serahkan saja Safir Odin yang kau ambil dari Thor."

Seiya menghajar Alberich, dan Alberich langsung tersungkur. Seiya heran melihatnya.
"Mudah sekali! Sudahlah, kuambil saja Safir Odin-nya."
Ternyata Alberich belum kalah. Begitu Seiya mendekat ia langsung menghajarnya. Namun Seiya tak mau kalah. Ia balik menghajar Alberich. Alberich kembali tersungkur.
"Alberich, berikan Safir Odin-mu padaku!"
"Coba kau lihat dulu ke sana."
Seiya menoleh dan ternganga melihat pemandangan di depannya: Marin terbungkus kristal Amethyst.
"Kristal Amethyst memiliki tenaga penghisap yang sangat kuat. Tak lama lagi dia akan jadi tengkorak," kata Alberich.

Seiya marah sekali. Ia bersiap-siap menyerang Alberich. Alberich malah tersenyum licik.
"Seiya, kalau kau mau membunuhku, silakan!"
Seiya siap melancarkan pukulannya.
"Tapi," sambung Alberich, "kalau aku mati, jangan harap Marin bisa selamat."
"Apa?" gerakan Seiya terhenti.
"Kalau kau mau membunuhku, lakukan saja. Tapi jika aku mati, Marin takkan bisa keluar dari kristal Amethyst. Kalau kau mau dia selamat, berikan Safir Odin milik Thor padaku!"

Di tengah kebingungan Seiya, sayup-sayup terdengar suara Marin.
"Jangan, Seiya. Kalahkan saja dia. Jangan pedulikan aku."

Honô no Ken! Osorubeki Yabô
(Pedang Api!
Ambisi yang Menggelora)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Sebagai saint Athena, Seiya tak dapat mengabulkan permintaan Alberich untuk menyerahkan Safir Odin yang diperolehnya dari Thor, walau resikonya Marin akan mati terhisap kristal Amethyst.
"Maaf Marin-san, aku tak dapat menolongmu. Aku harus melindungi Athena dan menyelamatkan bumi," gumam Seiya.

Seiya melepaskan Pegasus Ryûsei Ken ke arah Alberich. Jurus dahsyat itu memaksa Alberich mengeluarkan pedang api yang didapatnya dari Hilda.
Seiya dapat menangkis serangan pedang itu, tapi Alberich terus berusaha melemahkan semangatnya.
"Seiya, kalau kau tak menyerahkan Safir Odin itu padaku, Marin akan jadi tengkorak. Lihat, ia semakin lemah!"
 Seiya menoleh ke arah Marin yang tubuhnya sudah makin kurus.
Di saat Seiya lengah, Alberich segera menghimpun kekuatan dan mengeluarkan jurus mautnya.
"Amethyst Shield!"

Seiya tersentak. Belum sempat ia menghindar, ratusan kristal ungu menyerangnya. Tubuh Seiya pun terbungkus dalam kristal Amethyst. Alberich segera mengambil Safir Odin yang terjatuh dari genggaman Seiya.

Jaaku no Ikenie! Seirei tachi no Mori
(Tumbal Kejahatan! Hutan para Roh)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Alberich ternyata berambisi mengambil alih kekuasaan Hilda di Asgard, sehingga ia berusaha mengumpulkan 7 Safir Odin. Satu buah milik Thor telah direbutnya dari Seiya. Sekarang ia berusaha merebut Safir milik Hagen dari tangan Hyôga. Hyôga berusaha mati-matian melawan pedang api Alberich, namun jurus Alberich mendesak Hyôga.

"Hyôga, jika kau mau menyerahkan Safir milik Hagen padaku, aku akan membebaskan Seiya dan Marin," kata Alberich.
Hyôga tak memberi kesempatan Alberich berbicara terus, "Diaaam! Rasakan ini... Diamond Dust!"
Alberich menahan pukulan Hyôga dengan pedangnya, "Hyôga, jika aku mati, kau tak bisa mengeluarkan kedua orang itu. Hanya aku yang bisa melakukannya. Menyerahlah! Kuberi waktu lima detik untuk berpikir."

Alberich menghitung sampai empat. Ketika akan sampai pada hitungan kelima, di luar dugaan Alberich, Hyôga justru mengeluarkan jurusnya,"Diamond Dust!"
Alberich membalas, "Amethyst Shield!"
Kedua jurus itu beradu, menimbulkan ledakan hebat.

Hyôga menyadari bahwa jika ingin menang, ia harus membuat Alberich berhenti bicara. Ia kembali mengeluarkan jurusnya. Alberich terpental dan menghilang. Hyôga menduga ia melarikan diri. Ternyata Alberich berada di balik pohon besar di belakang Hyôga. Tiba-tiba pepohonan dan akar-akar belukar bergerak-gerak. Alberich berseru nyaring, "Wahai penghuni hutan, aku persembahkan Cygnus Hyôga. Bunuhlah dia!"

Tiba-tiba muncul makhluk-makhluk aneh seperti ulat mengelilingi Hyôga. Terdengar suara-suara aneh bergaung di seluruh penjuru hutan. Ternyata itu adalah roh jahat penghuni hutan. Hyôga berusaha melawan tetapi akar-akar yang melilitnya menyesakkan nafasnya.

Furimuku na Seiya! Shô Ryû no Kosumo
(Jangan Berpaling, Seiya!
Cosmo Naga Bangkit)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Alberich telah berhasil merampas dua Safir Odin dari Seiya dan Hyôga. Seiya terbungkus dalam kristal Amethyst, sementara Hyôga selamat sebab Shiryû tiba tepat pada waktunya. Alberich menyerang Shiryû dengan Amethyst Shield, namun Shiryû mampu menahan serangan ratusan kristal itu dengan perisainya.
"Percuma saja, Alberich. Perisaiku ini sangat kuat. Kau takkan dapat mengalahkanku!" kata Shiryû.
Merasa kesal, Alberich mencoba jurus lain, "Nature Unity!"

Hutan tempat mereka bertarung berputar-putar, lalu tanah terbelah dua. Shiryû berusaha menghindar namun seketika tubuhnya dililit akar belukar. Namun Shiryû teringat akan pesan Rôshi bahwa ia harus berdiam diri dan tidak bergerak sedikit pun. Shiryû berkonsentrasi. Tiba-tiba akar yang melilitnya lepas.

"Kurang ajar, jurusku dapat dimentahkannya!" desis Alberich geram. "Aku harus membuat ia bergerak."
Maka Alberich berusaha membuyarkan konsentrasi Shiryû, katanya, "Lihat, Shiryû! Seiya sudah jadi tengkorak!"
Usaha Alberich berhasil. Shiryû tersentak, berpaling ke arah Seiya yang terbungkus kristal ungu. Seketika akar besar kembali menjerat Shiryû. Tubuh Shiryû tergantung-gantung di udara.

"Jangan bergerak, Shiryû!" sayup-sayup terdengar suara Rôshi. "Bersatulah dengan alam semesta."
Shiryû menuruti perintah gurunya. Jeratan akar raksasa pun terlepas dari tubuhnya.

Alberich kehabisan akal. Semua jurusnya dapat dipatahkan Shiryû. Namun karena sangat menginginkan Safir Odin milik Fenrir yang dipegang Shiryû, akhirnya ia tak sabar lagi.
"Sudahlah Shiryû. Berikan saja Safir Odin Fenrir padaku, supaya aku bisa memiliki Pedang Balmung!"

Alberich mengetahui keberadaan Pedang Balmung dari moyangnya. Jika ada musuh yang mengancam keselamatan Hilda dan Asgard, maka harus dikumpulkan tujuh safir dari tujuh God Warrior, dan dipasangkan pada tempatnya di altar Odin. Dengan demikian akan diperoleh pedang yang dapat membasmi kejahatan, yaitu Pedang Balmung.
Namun setelah mengetahui keberadaan pedang itu, Alberich justru ingin membunuh Hilda.

"Dengan pedang itu aku akan menguasai dunia," kata Alberich.
"Aku juga menginginkan pedang itu," balas Shiryû. "Tapi bukan untuk membunuh Hilda, melainkan untuk melepaskan pengaruh jahat Cincin Nibelungen darinya."

Alberich yang sudah tak sabar langsung menyerang Shiryû, "Amethyst Shield!"
Shiryû menahan dengan perisainya, lalu melepaskan cloth-nya. Strategi Shiryû berhasil. Kristal ungu dalam tubuh Alberich terkuras. Dengan segera Shiryû mengeluarkan pukulannya, "Rozan Shô Ryû Ha!"

Alberich tersungkur tak bernyawa. Tiga butir Safir Odin berjatuhan. Bersamaan dengan tewasnya Alberich, kristal Amethyst raksasa yang membungkus Seiya dan Marin perlahan-lahan mencair.
Moe yo Shun! Kuroi Kiba ni Kakusareta Nazo
(Bersinarlah, Shun! Rahasia Tersembunyi Taring Hitam)
Teks: Rowena Mortensen / Gambar: RAW
Waktu untuk menyelamatkan Hilda dan Saori tinggal sedikit. Seiya dan Hyôga bergegas menuju Valhalla. Shiryû terpaksa tidak ikut. Ia masih terkapar kehabisan tenaga di padang es. Demikian pula dengan Marin yang tubuhnya masih terlalu lemah untuk digerakkan.

Sementara itu, Shun sudah sampai di Valhalla. Tiba-tiba ia dikejutkan sebuah suara, "Kau hebat bisa sampai ke sini, Andromeda."
Shun mengenalinya, "Kau Mizar Syd, pemilik jubah Zeta (ke-6)."
Shun pernah merasakan pukulan maut Viking Tiger Claw Syd di Jepang. Kali ini Shun tak lagi memberi kesempatan. Ia melemparkan Rantai Nebula-nya. Syd tak mau kalah. Ia melepaskan Viking Tiger Claw. Rupanya Shun masih harus mengakui keunggulan Syd. Hanya dengan menggunakan sebelah tangannya Syd menahan rantai Shun, dan dengan tenangnya ia mengembalikan rantai itu hingga mementalkan pemiliknya.

Seiya dan Hyôga datang. "Syd, aku sudah mengumpulkan lima Safir Odin. Kini giliran milikmu yang harus kau serahkan," kata Seiya sambil melancarkan serangan. Syd membalas dengan Viking Tiger Claw. Shun mencegah Seiya. "Tunggu, Seiya! Biar aku yang membereskan orang ini. Kau dan Hyôga harus cepat mencari Hilda. Waktunya tinggal sedikit lagi!" seru Shun.
Sementara Shun mencecar Syd dengan Rantai Nebula-nya, Seiya dan Hyôga menerobos masuk.

Di tempat lain, Marin siuman. Shaina yang mengenakan jubah mendekatinya.
"Dengar, Shaina, Syd mempunyai sifat yang aneh dan mengerikan. Ia mempunyai bayangan yang menakutkan. Bintang pelindungnya, Mizar, memiliki bintang kembar yang selalu membayanginya, namanya Alcor. Freya menceritakannya padaku. Tapi belum sempat aku memberitahu Seiya, aku keburu dicegat Alberich. Tolong, cepat beritahu Seiya," pinta Marin.
"Baiklah, Marin," kata Shaina sambil melepaskan jubahnya, mengenakannya pada Marin, kemudian bergegas menyusul Seiya.

Sementara itu Shun masih bertarung mati-matian melawan Syd. Kali ini Shun merasakan pukulan Syd aneh. Rantai Nebula yang biasanya cepat mendeteksi musuh kali ini bergerak pun tidak. "Pukulannya tak sama dengan yang di Jepang," desis Shun.
Tiba-tiba udara beku menyelimuti Shun. Parahnya lagi, udara beku itu membungkus Rantai Nebula hingga tak dapat bergerak.

Uzumake! Shun Kyûkyoku no Nebyura Sutoomu
(Pusaran Angin! Nebula Storm Terdahsyat Shun)
Teks & gambar: RAW
Shun harus berjuang keras menghadapi Syd. "Circle Chain!" Shun melesatkan rantainya, namun Syd membekukan rantai Shun hingga tertahan pergerakannya. Dan meski Shun berhasil memulihkan rantainya, dengan mudahnya Syd menahan dengan cosmo-nya lalu menghancurkannya sampai berkeping-keping.

Kemudian giliran Syd yang melancarkan serangan, kali ini jurus baru, Blue Impulse. Shun tak kuat menahannya. Ia terbanting keras di lantai istana sampai mengeluarkan darah. "Kau tak boleh mengotori Kuil Valhalla yang suci ini dengan darahmu," ujar Syd sambil membungkus tubuh Shun dengan kristal es.

Dalam keadaan tak berdaya, bayangan Ikki membangkitkan semangat Shun. "Dalam pertarungan di 12 Istana kau kehilangan rantai dan cloth-mu, tapi kau masih bisa menang," kata Ikki. "Kali ini kau pun pasti bisa. Ayo, kobarkan cosmo-mu!" Maka Shun menyalakan cosmo-nya, menghancurkan lapisan kristal yang menyelubunginya. Ia bangkit lagi dan menanggalkan Andromeda Cloth. Syd terheran-heran melihatnya, "Apa-apaan kau!" Shun menjawab dengan Nebula Stream yang membuat tubuh Syd terseret-seret. Tetapi karena Shun sudah kelelahan, kekuatan Nebula Stream tidak optimal. "Kau takkan bisa mengalahkanku!" seru Syd. Namun saat itu udara di dalam istana tersedot keluar.
"Kali ini aku bisa menggunakan Nebula Stream dengan sempurna," kata Shun. "Seiring dengan meningkatnya cosmo-ku, aliran udara ini akan berubah menjadi badai."

Syd tak memedulikan kata-kata Shun. "Blue Impulse!" Ia melancarkan serangan sekali lagi. "Meledaklah cosmo-ku!" balas Shun. "Nebula Storm!" Walau badai nebula menyedot habis Blue Impulse, tenaga Shun masih kurang. Tiba-tiba sesosok bayangan mendekati Shun, dan bersamaan dengan itu kekuatan Nebula Storm bertambah dahsyat. Syd tak sanggup membendungnya. Tubuhnya terhempas dengan keras. Ia kalah. Shun segera menghampiri dan mengambil Odin Sapphire milik Syd.

Tahu-tahu Shaina sudah berada di belakang Shun dengan tangan terluka. Shaina menyuruh Shun agar cepat pergi. Tapi belum jauh Shun berjalan, seseorang menyerangnya. "Huh," ujar Shaina, "persis seperti kata Marin, bintang pelindung Syd, Mizar, memiliki bintang kembar yang melindungi orang ini, yang menjadi bayangan Syd." "Benar sekali," kata orang itu. "Aku adalah Alcor Bud! Dan hanya Hilda yang tahu tentang aku. Nah, Andromeda sudah mengalahkan Syd, jadi aku tak perlu menjadi bayangan lagi, melainkan God Warrior sesungguhnya. Ayo, serahkan Odin Sapphire dari Mime dan Syd padaku!"

Shaina maju menyerang, namun Bud menahannya dengan satu jari saja.
Bahkan jurus andalan Shaina, Thunder Claw, sama sekali tak mempan. Bud menghimpun kekuatannya dan melancarkan Shadow Viking Tiger Claw. Shun berusaha melindungi Shaina, tapi tetap saja mereka berdua terkena jurus itu dengan telak. Bud bersiap-siap untuk kembali melancarkan pukulan ketika tiba-tiba dua pilar runtuh dan menghalangi pukulannya. Seseorang muncul di hadapannya. "Siapa kau?" tanya Bud. Orang itu menjawab, "Phoenix Ikki."
Bado! Shukumei no Futagoboshi
(Bud! Takdir si Bintang Kembar)
Teks & gambar: RAW
Bud heran mengapa Ikki bisa ada di situ. "Bukankah kau sudah mati bersama Mime?" tanyanya. "Tadinya kupikir begitu," sahut Ikki. "Tapi aku teringat pada adik dan teman-temanku serta Athena yang masih terus berjuang. Aku tak mau hanya aku yang sudah menyerah." Shun terharu mendengar perkataan Ikki, tapi Bud malah mencibir," Jadi inikah hubungan saudara itu?"

Ikki dan Bud beradu pukulan dengan sengit. Salah satu tinju Ikki berhasil membuat topeng Bud lepas. "Huh," kata Bud, "di dunia ini yang kuat menang, dan yang lemah kalah. Bahkan sesama saudara kandung pun suatu saat akan saling bertempur." Ikki, Shun, dan Shaina terkejut melihat wajah dan perawakan Bud sama persis dengan Syd. "Benar, Phoenix," jawab Bud. "Sama seperti kau dan Andromeda, Syd dan aku pun bersaudara. Dia adalah adikku." "Tapi kenapa kau tidak menolong dia?" tanya Ikki lagi, teringat bahwa yang membantu Shun sehingga Nebula Storm bisa mengalahkan Syd adalah Bud. "Demi menjadi God Warrior dari bintang Zeta, sebab selama Syd masih hidup aku akan terus jadi bayangannya."

Ikki marah bukan main mendengar jawaban Bud. "Takkan kumaafkan!" teriak Ikki sambil melancarkan tinju. Namun Bud menghindarinya dengan mudah. "Aku lihat ketika kau bertarung dengan Mime, jadi aku sudah tahu seperti apa kemampuanmu," kata Bud sambil melesakkan jurus andalannya, Shadow Viking Tiger Claw, yang mengenai Ikki dengan telak. Bud mendatangi Ikki yang tergeletak, menginjak kepalanya, kemudian menderanya dengan pukulan bertubi-tubi. "Sekarang akan kuceritakan seperti apa masa lalu Syd dan aku," kata Bud.

Syd dan Bud lahir sebagai anak kembar, padahal di Asgard hal itu merupakan aib besar bagi keluarganya. Maka seorang—yaitu Syd—dipertahankan, sedangkan yang seorang lagi—yakni Bud—dibuang ke tengah padang es. Beberapa tahun kemudian, keduanya tak sengaja bertemu kembali. Bud kaget bukan main mengetahui Syd adalah saudaranya. Ia merasa geram saat menyadari bahwa dirinya dibuang orangtuanya. Maka Bud berlatih sekeras mungkin agar ia menjadi lebih kuat dari Syd. Namun saat Hilda memanggil para God Warrior pun tetap saja ia harus menjadi bayangan Syd, dan bukan God Warrior yang sesungguhnya.

"Dasar laki-laki menyedihkan!" ejek Ikki sambil berdiri. "Aku dan Shun juga sama seperti kalian. Kami pernah saling bertempur, tapi itu tak membuat kami saling membenci satu sama lain. Kau berharap adikmu mati. Kalau begitu, apa artinya memenangkan pertarungan?" Bud tak dapat menerima perkataan Ikki dan kembali menyarangkan tinju, namun kali ini Ikki mampu menahan tinjuan Bud, bahkan membalikkannya. Bud habis kesabarannya. Ia mengobarkan cosmo dan melepaskan Shadow Viking Tiger Claw. Ikki tak mau kalah, dan melesakkan Hô Yoku Ten Shô.

Kyôdai no Kizuna! Shido yo Sokoku ni Nemure
(Ikatan Persaudaraan! Syd, Beristirahatlah di Tanah Kelahiranmu)
Teks & gambar: RAW
Benturan antara Hô Yoku Ten Shô dan Shadow Viking Tiger Claw menyebabkan Ikki terlempar. Sebaliknya, Bud justru tidak apa-apa. Ia menginjakkan kakinya di badan Ikki. Shun bangkit, hendak membela abangnya, namun Bud menderanya tanpa ampun. Dua butir Odin Sapphire terlempar dari tangan Shun. Bud mengambilnya. "Kini aku bisa menjadi God Warrior sesungguhnya," kata Bud. Ikki dan Shun bangkit lagi dan menyalakan cosmo masing-masing.

Di tempat lain, cosmo Saori memanggil Seiya dan Hyôga yang masih pingsan. Hyôga terbangun. Ia mengerahkan segenap tenaga untuk membekukan reruntuhan batu yang menghalanginya sampai hancur.

Sementara itu, Bud berhasil mengelak dari gabungan Hô Yoku Ten Shô dan Nebula Stream, dan menendang tubuh mereka berdua. Ikki yang berusaha menyerang kembali justru dihajar sampai babak-belur oleh Bud. Namun di saat yang tepat Ikki dengan sigap mengarahkan jurus Phoenix Gen Ma Ken menembus otak Bud.

Dalam ilusinya, Bud melihat ia dan Syd beradu jurus, Viking Tiger Claw dan Shadow Viking Tiger Claw. Syd kalah. Bud bersiap menghujamkan cakar ke tubuh adiknya itu ketika Syd dalam keadaan setengah sadar bergumam, "Abang..abang.."

"Itu tadi bukan ilusi," jelas Ikki, "melainkan isi hatimu yang sesungguhnya." Bud marah sekali. ia menyarangkan pukulan, namun Ikki dapat menangkisnya. Mereka berdua kembali menghimpun cosmo masing-masing dan melepaskan jurus. Kali ini Hô Yoku Ten Shô mengenai Bud dengan telak.

Bud bangkit lagi. "Aku kalah," katanya. "Ayo, bunuh saja aku." Tahu-tahu Syd yang sudah sadar dari pingsannya berdiri dan menahan Ikki dari belakang. Bud tidak melihatnya karena ia membelakangi mereka. "Kenapa lama sekali, Phoenix?" katanya. "Jangan kasihan padaku. Cepatlah!" Bukan Ikki yang menjawab, melainkan adiknya, "Bud, cepat bunuh Phoenix!" Bud tertegun melihatnya. "Tapi nanti kau juga kena," katanya. "Tak apa," balas Syd. "Dengan begitu, kau bisa menjadi God Warrior bintang Zeta." "Jadi kau tahu?" "Ya. Hanya ini yang bisa kulakukan untuk abang. Cepat bunuh Phoenix!"

Bud yang sudah siap dengan cakarnya ragu-ragu untuk beberapa saat. Pada akhirnya ia menurunkan tangannya. Melihat tindakan Bud, Syd langsung melepaskan pegangannya dari Ikki dan terjatuh. Bud menghampirinya. "Katakan padaku, Phoenix," katanya, "kenapa aku harus membenci Syd? Apa karena kami bersaudara, atau karena nasib kami yang seperti ini?" "Bud," kata Ikki, "sedalam apapun rasa benci antara dua bersaudara, ada waktu di mana mereka merindukan saat-saat mereka masih hidup dalam kasih sayang." Bud terdiam mendengar kata-kata Ikki. Ia mengangkat tubuh Syd dan berjalan keluar istana.

Di tempat lain, Seiya yang sudah sadar mendapati Hyôga terbaring lemah. "Pergilah, Seiya," kata Hyôga. "Kita tak punya waktu lagi. Aku janji, nanti aku akan menyusulmu." Sementara itu, Bud membawa Syd ke tanah kelahiran mereka. "Syd, jika kita bisa dilahirkan kembali, aku berharap kita akan kembali dilahirkan sebagai saudara."

Kedakaki Yûsha! Yomigaeru Densetsu no Kishi
(Pahlawan Agung! Bangkitnya Prajurit Legendaris)
Teks & gambar: RAW
Shun dan Ikki tiba di tempat Hyôga, dan mereka bertiga segera melanjutkan perjalanan. Sementara itu, Seiya telah tiba di Altar Odin. Bersamaan dengan itu, God Warrior terakhir, Dubhe Siegfried dari bintang Alpha, muncul. "Kau hebat bisa sampai di sini," kata Siegfried. "Serahkan Odin Sapphire-mu!" seru Seiya. "Dengan begitu aku bisa menolong Hilda dari kekuatan jahat Nibelungen Ring." "Omong kosong!" sahut Siegfried.

Karena Siegfried tak mau memenuhi permintaannya, Seiya langsung bertindak, "Pegasus Ryûsei Ken!" Tapi muncul lapisan pelindung yang mencegah tinjuan Seiya mengenai tubuh Siegfried. Bahkan saat Seiya mencoba tendangannya, hal yang sama terjadi. Sebaliknya, begitu Siegfried menyarangkan pukulan, Seiya langsung terkena dengan telak. Empat butir Odin Sapphire terlempar dari tangannya. Seiya masih berusaha berdiri, tapi Siegfried sudah melepaskan jurus Odin Sword yang membentuk lingkaran di sekeliling Seiya dan menyebabkan lantai yang dipijak Seiya hancur menjadi batu-batu tajam yang menusuk-nusuk.

Sementara itu, Shiryû yang masih terbaring di tempat pertarungan melawan Alberich mendengar suara Rôshi memanggilnya. "Cepat bangun, Shiryû! Athena sudah makin lemah!" Benar saja, Saori sudah tak sanggup lagi berdiri.

Kembali ke Altar Odin, Hyôga, Shun, dan Ikki telah tiba di sana. Melihat Seiya pingsan, Ikki maju menantang Siegfried. Ia melancarkan serangan bertubi-tubi, namun tak satupun yang mengenai Siegfried. Sebaliknya, dengan mudah Siegfried mendera Ikki dengan pukulan-pukulannya. Ikki tak kuat lagi karena sudah berdarah. Ia jatuh. Siegfried mendekati Hyôga dan Shun. Shun menggunakan Rolling Defense sebagai pertahanan, tetapi jurus Odin Sword dapat menembusnya. Hyôga dan Shun terhempas keras. Dua butir Odin Sapphire jatuh dari tangan Shun. Sementara itu di pintu masuk Istana Valhalla, Shiryû yang baru tiba terkapar kehabisan tenaga.

Seiya akhirnya telah sadarkan diri dan berdiri lagi lalu melepaskan Pegasus Ryûsei Ken. Siegfried tercengang melihat daya tahan Seiya yang luar biasa. "Inikah yang disebut saint Athena?" gumamnya. Namun terdengar suara Hilda menghardiknya, "Sedang apa kau, Siegfried? Cepat, habisi mereka!" Kali ini Siegfried mengeluarkan jurus dahsyat Dragon Greatest Blizzard. Seiya hanya bisa tercengang melihatnya. Saat itu juga Shaina tiba bersama Shiryû. Melihat Seiya tak berbuat apa-apa sementara Siegfried melepaskan pukulan, Shaina langsung menghambur ke depan Seiya. Walau demikian, pukulan Siegfried sangatlah keras, sampai-sampai ikut menghantam Seiya yang berada di belakang Shaina.
Ryû tai Ryû! Jû-man Bun no Ichi Byô no Shôki
(Naga vs. Naga! Kesempatan dalam Satu per Seratus Ribu Detik)
Teks & gambar: RAW
Shaina dan Seiya terkapar setelah terkena jurus Dragon Greatest Blizzard Siegfried. Kini tinggal Shiryû yang masih berdiri. Tetapi tak satu pun serangan Shiryû yang bisa mengenai Siegfried. Kali ini Shiryû menghimpun cosmo hingga gambar naga muncul di punggungnya, lalu melepaskan Rozan Shô Ryû Ha. Namun tetap saja Siegfried tak tersentuh. Sebaliknya, Shiryû dibuat terkapar tak berdaya oleh jurus Odin Sword.

Merasa tak ada jalan lain, Shiryû bersiap-siap menggunakan jurus maut Rozan Kô Ryû Ha. Ia menahan tubuh Siegfried dari belakang. Tapi belum sempat Shiryû meledakkan cosmo-nya, terdengar suara Shura memanggilnya, "Hentikan, Shiryû! Kau tak dapat menolong Athena jika menggunakan Kô Ryû Ha sebab bukan hanya tubuhmu dan tubuh lawanmu yang akan hancur, melainkan juga robe yang dia kenakan. Dengan demikian, kau takkan bisa memperoleh Odin Sapphire!" Mendengar kata-kata Shura, Shiryû memadamkan kobaran cosmo-nya. "Kenapa kau, Shiryû?" tanya Siegfried, sinis. "Jadi takut mati? Rasakan ini...Dragon Greatest Blizzard!" Tubuh Shiryû kembali terhempas dan terbanting dengan keras.

Di tengah-tengah ketidakberdayaannya, Shiryû teringat akan ajaran Rôshi mengenai pedang bermata dua yang tak hanya berbahaya bagi lawan, tapi juga bagi pemiliknya. Demikian pula dengan Siegfried. Sehebat apa pun jurusnya, pasti ada kelemahannya. Maka Shiryû bangkit lagi, sementara Siegfried mempersiapkan jurus pamungkasnya untuk menghabisi Shiryû. "Membaralah cosmo-ku! Tunjukkan padaku kelemahan jurus Siegfried!" seru Shiryû. Siegfried kembali melepaskan Dragon Greatest Blizzard. Tiba-tiba Shiryû melihat letak kelemahan jurus tersebut. "Rozan Shô Ryû Ha!" Shiryû menyarangkan tinju. Pukulan Siegfried menghantam mulut Shiryû, sedangkan pukulan Shiryû mendarat tepat di dada kiri Siegfried.

Dalam legenda Utara, Siegfried adalah seorang pahlawan yang gagah berani. Ia menjadi imortal (tak bisa mati) setelah darah naga jahat yang dibunuhnya melumuri sekujur tubuhnya. Tapi saat peristiwa itu terjadi, sehelai daun jatuh di punggung Seigfried, sehingga bagian tersebut tidak terkena darah sang naga. Bagian itu merupakan tempat jantung Siegfried berada, dan itu menjadi titik lemahnya. Siegfried tewas saat bagian tersebut tertikam tombak. Dan kelemahan Siegfried itu sama persis dengan kelemahan Shiryû saat menggunakan jurus Rozan Shô Ryû Ha.

"Bagus sekali, Shiryû," kata Siegfried. "Tapi lihat, tinjumu itu cuma sedikit merusak God Robe-ku!" Shiryû sudah terlalu lelah untuk melanjutkan pertarungan. Seiya bangkit untuk menggantikan sahabatnya. Terdengar suara Ikki, Shun, dan Hyôga ikut menyemangati Seiya. Sesaat Siegfried tertegun melihat semangat persahabatan mereka.

Sementara itu di ruangannya, Hilda mendengar seseorang memanggilnya. "Siapa itu?" tanyanya. "Saya adalah utusan orang yang memberi Anda Nibelungen Ring itu," jawab si pemanggil. Kembali ke Altar Odin, Siegfried memperingati Seiya, "Jantung Shiryû tak terlindungi hanya selama 1/1.000 detik, tapi aku bahkan hanya 1/100.000 detik. Memangnya kau bisa mencari celah untuk memukul titik lemahku dalam waktu sesingkat itu?" Seiya tak mau tahu. "Apa pun yang terjadi, aku pasti bisa melihatnya!" tekadnya dalam hati.

Seireen! Utsukushiki Shi no Shirabe
(Siren!
Melodi Kematian yang Indah)
Teks & gambar: RAW
Siegfried melancarkan jurus terdahsyatnya, "Dragon Greatest Blizzard!" Seiya mengawasi pergerakannya dengan cermat, dan akhirnya melihat titik lemah Siegfried terbuka. "Pegasus Ryûsei Ken!" Namun malah Seiya yang terlempar. "Sayang sekali, Pegasus," cela Siegfried. Tapi saat itu pula bekas pukulan bertubi-tubi yang dilancarkan Seiya terasa efeknya.

Saori, Shiryû, Hyôga, Shun, dan Ikki yang dalam keadaan tak berdaya mengalirkan cosmo masing-masing untuk membantu Seiya. Seiya mendengar teman-temannya memanggil dan merasakan cosmo mereka. Ia bangkit lagi, bersiap menghadapi Siegfried. Siegfried hanya bisa tercengang melihat cosmo Athena dan Bronze Saint lainnya membantu Seiya.

Belum lagi Siegfried pulih dari rasa takjub, Hilda muncul. "Sedang apa kau, Siegfried? Cepat habisi dia!" hardiknya. Karena Siegfried tak kunjung bereaksi, Hilda segera bertindak. "Kalau begitu biar aku saja," katanya sambil mengacungkan tombaknya dan menembakkan cosmo. Betapa terkejutnya Hilda melihat Siegfried menghentikan tembakannya. Siegfried kembali berhadapan dengan Seiya. "Dragon Greatest Blizzard!" "Pegasus Ryûsei Ken!" Benturan antara kedua jurus itu sempat terhenti di tengah-tengah, sebelum akhirnya pukulan Seiya mendesak pukulan Siegfried dan menghajar tubuh Siegfried sampai babak belur. Seiya mendekatinya, hendak mengambil Odin Sapphire dari God Robe-nya ketika tiba-tiba terdengar suara seruling.

Seorang pemuda muncul. "Aku datang dari Sanctuary Laut. Aku adalah salah seorang dari Marina Nanashôgun [7 Marine Army], Siren Sorrento. Pemimpin kami adalah Kaiô [penguasa laut] Poseidon." "Jangan-jangan Poseidon-lah yang memberi Nibelungen Ring kepada Hilda," kata Seiya. "Benar," jawab Siren. "Poseidon ingin menguasai daratan yang dikuasai Athena, maka ia memanfaatkan Asgard yang dipimpin Hilda."

Tiba-tiba Siegfried bangkit dan menghadapi Seiya, lalu mengangkat sebelah tangannya. Seiya mengira Siegfried hendak melancarkan serangan lagi, tapi ternyata Siegfried melukai dirinya sendiri untuk mengambil Odin Sapphire miliknya, lalu menyerahkannya pada Seiya. "Kini aku tahu musuhku bukanlah kalian, melainkan Poseidon yang telah membuat Nona Hilda menjadi jahat," katanya.

Dengan serulingnya Siren memainkan Dead End Symphony yang mengacaukan pikiran Siegfried. Siegfried merusak gendang telinganya supaya ia tak mendengar, tapi nyatanya Dead End Symphony masih saja terdengar, sebab ia langsung masuk ke otak. Siegfried berjuang keras melawan pikirannya. Ia berlari ke arah Siren. Siren menyambutnya dengan tangan terjulur bagai pedang, menusuk dalam-dalam tubuh Siegfried. Walau ia merasakan kesakitan yang luar biasa, Siegfried mengerahkan segenap kekuatannya dan mendekap Siren kuat-kuat. Siren meronta-ronta, "Lepaskan akuu!!" Siegfried meledakkan cosmo-nya dan menembakkan dirinya dan Siren ke langit. "Selamat tinggal tanah kelahiranku, Asgard. Selamat tinggal Nona Hilda dan teman-teman God Warrior. Selamat tinggal saint Athena!" Tak lama kemudian bintang Alpha di langit Utara memancarkan cahaya terang.
Kiseki no Shutsugen! Oodiin Roobu
(Munculnya Keajaiban! Odin Robe)
Teks & gambar: RAW
Siegfried tewas mengorbankan dirinya demi Hilda. Para Bronze Saint telah memperoleh ketujuh Odin Sapphire. Tapi Hilda tampak tak terlalu peduli. "Matahari sudah makin terbenam. Tak lama lagi Athena akan mati," katanya.

Seiya bertekad mendapatkan Pedang Balmung secepat mungkin. Hilda menghalanginya dan menderanya dengan tenaga yang memancar dari tombaknya. Seiya tak berdaya. Ia jatuh ke jurang. Di tengah keputusasaannya, sayup-sayup terdengar suara Saga, "Di pertarungan 12 Istana, jurusku lebih hebat darimu. Tapi cinta yang kau miliki membangkitkan Seven Senses dalam dirimu, dan karena itulah kau menang. Berjuanglah, Seiya! Selamatkan Athena!" Seiya terharu mendengar kata-kata Saga. Semangatnya bangkit lagi, dan ia segera memanjat ke atas.

Hilda terkejut melihat Seiya berhasil naik lagi dan berjalan menuju patung Odin. Hilda kembali menembakkan serangan dari tombaknya, namun Hyôga dengan sigap melindungi Seiya dan membiarkan serangan Hilda mengenai dirinya. Seiya maju terus, walau hatinya terasa perih mendengar erangan Shiryû dan Shun yang menjadi korban deraan Hilda berikutnya. Hilda habis kesabarannya. Ia melemparkan tombaknya ke arah Seiya, tetapi kali ini Ikki yang menghentikannya dengan tubuhnya.

Seiya tiba di hadapan patung Odin. "Wahai Odin, berikan Pedang Balmung padaku," pinta Seiya. Tapi meski Seiya sudah berteriak-teriak memanggil Odin, tetap tak ada jawaban. Hilda maju sambil tertawa sinis. Dengan kekuatan dari Nibelungen Ring ia menghempaskan Seiya ke jurang. Tujuh Odin Sapphire terlempar dari genggaman Seiya.

Tiba-tiba terjadi keajaiban. Ketujuh batu itu bercahaya, lalu dengan sendirinya menempel pada tempatnya masing-masing di mahkota Odin. Pedang Balmung yang digenggam Odin jatuh, diikuti ambruknya patung tersebut. Kemudian muncullah robe yang dalam legenda dikenakan oleh Odin sendiri: Odin Robe. Sementara itu Seiya terangkat dari dalam jurang. Pegasus Cloth lepas dengan sendirinya, dan sebagai gantinya Odin Robe melekat pada tubuh Seiya.

Hilda kaget setengah mati melihat Seiya mengenakan Odin Robe. Tapi ia tetap tak mau kalah, dan mengadu kekuatan Nibelungen Ring dengan Pedang Balmung di tangan Seiya. Makin lama Hilda makin terdesak. Seiya hendak menetakkan Pedang Balmung pada Hilda saat tiba-tiba ia ingat bahwa ia tak boleh membunuh Hilda. Hilda memanfaatkan keragu-raguan Seiya dan menghempaskannya dengan kekuatan Nibelungen Ring.

Seiya hampir putus asa. Tapi tiba-tiba ia mendengar suara Odin, "Pegasus, gunakanlah Pedang Balmung untuk menghentikan keinginan jahat Poseidon. Percayalah padaku!" Semangat Seiya timbul lagi. Ia bangkit. "Odin, aku percaya padamu. Tolonglah aku menyelamatkan Athena!" serunya dalam hati. Tanpa ragu-ragu Seiya menebas Hilda dengan Pedang Balmung.
Atena yo! Kedakaki Towa no Inori
(Wahai Athena!
Doa Agung yang Abadi)
Teks & gambar: RAW
Tebasan Pedang Balmung menghancurkan mahkota Hilda. Angin keras yang timbul pun menerbangkan jubah Hilda. Bersamaan dengan itu kedua mata Hilda menutup, sedangkan Nibelungen Ring di jarinya terlepas, terbelah dua, lalu lenyap. Hilda sendiri terkapar di lantai. Odin Robe di tubuh Seiya juga ikut melepaskan diri. Tiba-tiba cosmo kemerahan seperti darah berlumuran dari tubuh Hilda. Di tempat lain, Saori pun sudah habis tenaganya. Ia jatuh. Cosmo-nya padam. Kiki dan Freya panik melihatnya. Bersamaan dengan jatuhnya Hilda, Kuil Valhalla, bahkan seluruh Asgard, ikut hancur.

Seiya meratap habis-habisan, "Aku tak bisa menolong Athena dan bumi. Bahkan dengan tanganku sendiri aku telah membunuh Hilda!" Saat itu Shiryû, Hyôga, Shun, dan Ikki mulai pulih kekuatannya. Tiba-tiba kelima Bronze Saint melihat cosmo bagai darah yang melumuri Hilda lenyap. Bersamaan dengan itu, Hilda membuka matanya lalu bangkit. Ia berjalan melewati para Bronze Saint, menuju ke arah Odin Robe. Seiya dkk. langsung memasang kuda-kuda saat Hilda mengangkat Pedang Balmung.

Ternyata Hilda berdoa kepada Odin, memohon ampun atas semua yang terjadi karena kekhilafannya. "Kalian cepatlah pergi menolong Athena," kata Hilda kepada para Bronze Saint. Setelah mereka pergi, Hilda melanjutkan pengakuan dosanya. Hatinya terasa sakit tatkala mengingat semua God Warrior tewas demi dirinya. Sementara Seiya dkk. tiba di tempat Saori, Hilda tersungkur kehabisan tenaga. Namun ia tak mau menyerah demi menebus dosanya. "Wahai Odin," serunya sambil bangkit kembali, "berilah aku kekuatan!"

Segera setelah Hilda memanjatkan doanya, Kuil Valhalla dan Asgard pulih kembali, dan es yang mencair kembali membeku. Freya menyadarinya. "Doa kakak terkabul!" ujarnya. "Kalau begitu kita pun masih punya harapan!" seru Seiya bersemangat. "Saori-saan!! Athenaa!!" Seiya dkk. berseru-seru memanggil Saori. Tiba-tiba cosmo Athena kembali berkobar. Kedua matanya terbuka lagi. Ia meraih tongkatnya dan kembali berdiri. Para Bronze Saint terharu melihat Saori telah sadarkan diri. Saat itu Hilda juga tiba di situ. Freya menyambut kakaknya dengan sukacita. "Maafkan aku, Athena, Freya," kata Hilda. "Hilda, lindungilah Asgard yang indah ini," pinta Saori. "Baik, aku berjanji," jawab Hilda sambil tersenyum. Tahu-tahu timbul pusaran air besar di belakang Saori dan menyapu mereka semua hingga jatuh pingsan. Ketika kelima Bronze Saint, Marin, Shaina, Kiki, Hilda, dan Freya sadarkan diri, mereka melihat bahwa Saori sudah tidak ada di situ lagi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar