Selasa, 02 November 2010

gold saint saint seiya


Sankuchuari Daikessen! Atena Saidai no Kiki
(Pertempuran Besar Sanctuary! Malapetaka Terbesar Athena)
Teks & gambar: RAW
Shun yang babak belur dihajar Leda dan Spica hampir menyerah, namun bayangan Ikki membangkitkan semangatnya. Shun menyalakan cosmo-nya sehingga rantai Leda dan Spica putus dan mereka berdua terlempar. Setelah itu, Shun bergegas ke tempat keberangkatan. Saori dan lainnya sangat lega melihat kedatangan Shun. Maka mereka pun berangkat.

Di tengah perjalanan menuju Sanctuary, Saori mengungkapkan kecemasannya mengenai Kyôkô yang saat ini berkuasa di Sanctuary. Seiya hampir tak percaya mendengarnya. Kyôkô yang dulu memberinya Pegasus Cloth sangat berbeda dengan yang diceritakan Saori. Seiya pun menduga bahwa Kyôkô memiliki dua kepribadian.

Sementara itu, Aioria telah tiba kembali di Sanctuary dan bertemu dengan Kyôkô. Ia menuduhnya sebagai Kyôkô palsu, hal yang 13 tahun lalu terbongkar oleh Aioros yang melihat wajahnya. Kyôkô marah mendengar tuduhan Aioria dan menyerangnya. Aioria kaget, ia merasa mengenali kekuatan Kyôkô. Sementara Kyôkô dan Aioria saling beradu kekuatan, Virgo Shaka datang menengahi. Maka Aioria pun ganti beradu jurus dengan Shaka. Karena tenaganya begitu besar, benturan antara Tenma Kôfuku milik Shaka dan Thunder Bolt Aioria menyebabkan mereka berdua terpental.

Saori, Seiya, Hyôga, dan Shun akhirnya tiba di Sanctuary. Mereka disambut seseorang yang mengenakan jubah dan topeng. Ia mengaku utusan dari Kyôkô yang bertugas menyambut dan mengantar mereka menemui Kyôkô. Belum sempat mereka melanjutkan perjalanan, seseorang muncul dari atas tebing. Saori dan ketiga Bronze Saint sangat gembira melihat bahwa orang itu adalah Shiryû.

Orang berjubah dan bertopeng itu lalu menjelaskan bahwa mereka harus melewati 12 istana sebelum tiba di Istana Kyôkô. Baru saja Saori dan para Bronze Saint hendak beranjak, tiba-tiba orang itu melepaskan jubah dan topengnya, memperkenalkan dirinya sebagai Silver Saint Sagitta Tramy, dan langsung menyerang mereka dengan Phantom Arrow. Saat sedang bersusah payah menghindari serangan panah-panah emas, Shiryû menyadari bahwa panah-panah itu hanya ilusi. Seiya pun langsung memukul jatuh Tramy. Namun Tramy sambil tertawa sinis berkata bahwa ia diutus Kyôkô untuk membunuh Saori. Tepat saat itu terdengar rintihan Saori. Para Bronze Saint berpaling, dan di hadapan mereka tampak Saori yang sedang kesakitan, dengan sebuah panah emas menancap di dadanya.
Kyûkyoku no Kosumo! Sebun Senshizu
(Cosmo Tertinggi! Seven Senses)
Teks & gambar: RAW
Hyôga mengusulkan agar panah yang menancap di dada Saori dicabut saja. Namun Tramy berkata bahwa hanya Kyôkô yang dapat mencabutnya. Dengan demikian, Seiya dkk. harus melewati 12 Istana dan menemui Kyôkô. Tapi ternyata tak semudah itu. Waktu mereka hanya 12 jam, yang ditandai dengan Jam Api. Jika setelah 12 jam para Bronze Saint tak mampu mencabutnya, panah itu akan menembus jantung Saori dan menewaskannya.

Keempat Bronze Saint tak buang waktu lagi. Mereka bergegas ke istana pertama, Istana Aries. Baru saja tiba, sebuah batu besar hendak menimpa mereka, lalu dari dalam istana muncul Mû. Seiya terkejut melihatnya. Shiryû yang sudah mengetahui bahwa Mû adalah Aries Gold Saint melangkah maju. Namun hanya dengan satu jari saja Mû dapat menahan serangan Shiryû dan membalikkannya. Para Bronze Saint tercengang melihat perisai Shiryû retak.

Kata Mû, cloth mereka sudah rusak karena pertarungan-pertarungan yang berat. Ia menyuruh Kiki memeriksa keempat Bronze Cloth, dan hasilnya semua memang sudah retak. Mû menawarkan diri untuk memperbaiki cloth mereka sebab mereka takkan mungkin bisa melawan Gold Saint lainnya dengan cloth seperti itu. Sementara Mû memperbaiki Bronze Cloth, Shun melihat Jam Api yang dimaksud Tramy. Tiba-tiba api Istana Aries mengecil lalu padam. Berarti satu jam telah berlalu.

Akhirnya Mû selesai dengan pekerjaannya. Keempat Bronze Cloth yang baru diperbaiki itu tampak sempurna. Sebelum para Bronze Saint berangkat, Mû berpesan bahwa dalam menghadapi Gold Saint, mereka harus mampu bertarung dengan kekuatan maksimal. Tenaga mereka harus dapat mencapai cosmo tertinggi, yaitu Seven Senses.

Sementara Kiki dan Mû menjaga Saori, Seiya dkk. tiba di istana berikut, Istana Taurus. Rantai Shun tak mendeteksi adanya musuh di situ sehingga mereka berempat langsung menerobos masuk. Namun belum lagi mereka masuk, tubuh mereka berempat terpental, seperti baru menabrak tembok raksasa. Pada saat itu, Taurus Gold Saint, Aldebaran, muncul.
Biggu Bangu! Kingyû Kyû no Batoru
(Big Bang! Pertempuran di Istana Sapi Emas)
Teks & gambar: RAW
Keempat Bronze Saint berhadapan dengan Aldebaran. Seiya tak membuang waktu lagi. Ia melepaskan Pegasus Ryûsei Ken, tapi tinjunya itu dapat dengan mudah ditahan oleh Aldebaran, bahkan ketika dibalikkan justru mengenai Shiryû, Hyôga, dan Shun. Seiya khawatir melihat teman-temannya pingsan, tapi ia teringat pada Saori. Masih ada 11 istana yang harus dilewati. "Aku tak mau kalah di sini!" tekad Seiya. Ia teringat pesan Mû bahwa dalam pertarungan ini mereka, para Bronze Saint, harus bisa mencapai cosmo tertinggi, Seven Senses. Itulah satu-satunya cara yang dapat menandingi kekuatan Gold Saint.

Melihat Aldebaran melipat kedua tangannya, Seiya marah, "Apa kau tak mau bertarung?" "Huh! Aku tak perlu banyak tenaga untuk melawan kalian, Bronze Saint." Kemudian, hanya dengan pancaran cosmo-nya, Aldebaran mampu mendesak Seiya. Tiba-tiba tubuh Seiya menghilang. Ternyata ia meloncat ke pilar-pilar di dekat atap istana. Namun masih dengan melipat tangannya dan memancarkan cosmo dari matanya, Aldebaran meruntuhkan semua pilar di sekitar Seiya. Seiya melompat ke bawah sambil melepaskan Pegasus Ryûsei Ken. "Kau masih belum mengerti ya?" tanya Aldebaran. Hanya dengan berseru, pukulan Seiya ditangkisnya. "Kuhabisi kau sekarang!" kata Aldebaran sambil menyerang balik. Tenaga yang dikeluarkan Aldebaran sangat kuat. Tubuh Seiya sampai menghancurkan tembok istana.

Aldebaran mendekati Seiya yang tergeletak. "Ini akan menjadi tempat kematianmu!" Ia hendak menginjakkan kakinya ke arah Seiya. Seiya berusaha mati-matian menahan kaki Aldebaran. Tapi makin lama ia makin terdesak. Akhirnya ia tak sanggup lagi. Tubuhnya terbenam ke tanah. "Bronze Saint bukan tandingan Gold Saint," kata Aldebaran sambil pergi.

Di saat ia sekarat, Seiya mendengar Saori memanggilnya. "Apa kau lupa pada janjimu, Seiya?" tanya Saori. "Kau akan menembus 12 Istana untuk menolongku kan?" Seiya tertegun, apalagi kemudian ia merasakan cosmo Saori menguatkan dirinya. Kemudian terdengar suara Marin, "Bangkitlah, Seiya!" Semangat Seiya berkobar lagi. "Aku tak boleh mati sekarang!" tekadnya. "Tapi, bagaimana caranya mengalahkan Aldebaran?"

Seiya teringat pada latihan yang diberikan Marin. Saat menghadapi pukulan yang sangat cepat dan kuat, Seiya harus mampu melihat pergerakannya. Dulu Marin melatihnya dengan menggunakan pedang Jepang. Setelah berkali-kali gagal, akhirnya Seiya mampu membaca gerakan pedang yang dipegang Marin sehingga ia dapat menahannya.

Aldebaran yang mengira Seiya sudah habis hendak beranjak pergi ketika ia merasakan sebuah cosmo, dan tahu-tahu Seiya sudah berdiri di belakangnya. Seiya langsung menyerang dengan Pegasus Ryûsei Ken. Walau lagi-lagi tak mempan pada Aldebaran, lama-kelamaan jurus itu menjadi tenaga yang luar biasa yang disebut Big Bang. Aldebaran berusaha mati-matian menahan. "Mustahil! Dia sudah mencapai Seven Senses?" gumamnya. Dengan segera ia melepaskan jurusnya, "Great Horn!" Sekilas tampak Seiya tersenyum. Tubuh Seiya kembali menghantam tembok. Tapi ia berdiri kembali sambil tertawa. "Aku dapat melihatnya!" ujar Seiya. Aldebaran kembali melepaskan Great Horn. Seiya menahan dengan satu tangan. Akhirnya ia memang terlempar lagi, tapi Aldebaran tampak kaget melihat Seiya dapat menahan jurusnya. Seiya kembali berdiri sambil tersenyum. "Kau tak bisa mengalahkanku dengan Great Horn. Jurus itu sama persis dengan pedang Jepang yang dulu pernah kupakai berlatih. Ayo, keluarkan saja lagi jurus itu! Aku bisa melihatnya!" tantang Seiya. Maka Aldebaran dan Seiya bersiap-siap untuk saling menyerang, tapi tiba-tiba Aldebaran tersentak. Ia melihat bayangan Pegasus di belakang tubuh Seiya.
Sôji Kyû! Hikari to Yami no Meikyû
(Istana Kembar!
Labirin Terang dan Kegelapan)
Teks & gambar: RAW
Di salah satu bagian Istana Taurus, Shiryû membangunkan Hyôga sementara Shun menoleh kesana-kemari mencari Seiya. Di tempat lain, Seiya masih bertarung dengan Aldebaran. Jurus Great Horn Aldebaran dapat dibaca oleh Seiya. Ia menahan kekuatan jurus itu dengan kedua tangannya kemudian membalikkannya. Terjadi ledakan besar. Bahkan di lantai istana terbentuk lubang yang besar. Aldebaran mencari-cari Seiya yang menghilang ketika tiba-tiba terdengar suara, "Aku di sini!" Ternyata Seiya ada di atas. Ia melompat ke bawah sambil mengayunkan tangannya. Sabetan tangan Seiya mematahkan tanduk kiri Taurus Cloth yang dipakai Aldebaran!

Aldebaran tampak sangat geram. Seiya dengan was-was menunggu serangan berikutnya. Tapi Aldebaran justru menurunkan tinjunya lalu tertawa terbahak-bahak dengan suara keras. "Seiya!" seru Aldebaran. "Kaulah orang pertama yang dapat membalikkan seranganku, bahkan mematahkan tandukku! Seperti yang kujanjikan, sekarang kau boleh pergi ke istana berikutnya!" Saat itu Shiryû, Hyôga, dan Shun tiba di tempat mereka. Seiya menceritakan apa yang terjadi. "Kalau begitu, ayo kita pergi!" ajak Hyôga. "Tunggu!" tahan Aldebaran. "Yang mengalahkan aku cuma Seiya. Kalian bertiga tidak boleh pergi!" Seiya tak terima perkataan Aldebaran, tapi Hyôga membenarkannya. "Kita tak boleh membuang waktu. Cepat pergi, Seiya!" kata Hyôga. Maka Shiryû, Hyôga, Shun berhadapan dengan Aldebaran, dan Seiya meninggalkan Istana Taurus. Sementara itu, api kedua pada Jam Api telah padam.

Aldebaran melepaskan Great Horn. Ketiga Bronze Saint terlempar. Shun segera bangkit lagi dan mengerahkan Nebula Chain dengan kekuatan penuh. Walau rantai itu dapat mengikat tubuhnya, dengan segera Aldebaran mampu melepaskan diri. Kini giliran Shiryû dan Hyôga. Mereka mengeluarkan jurus Rozan Shô Ryû Ha dan Aurora Thunder Attack secara bersamaan. Aldebaran berusaha menangkis. Tapi tampak kedua tangannya membeku. Ia tersenyum kepada mereka bertiga, "Kalian boleh pergi. Rupanya kalian juga telah mencapai Seven Senses."

Setibanya di Istana Gemini, Shiryû, Hyôga, Shun bertemu Seiya yang baru keluar dari dalam. Seiya heran mengapa ia masih di pintu masuk, padahal ia telah masuk ke dalam istana.
Ia bercerita kepada mereka bahwa di dalam ia merasakan cosmo aneh. Ketika melihat pintu keluar, ia justru kembali ke pintu masuk. Maka keempat Bronze Saint bersama-sama memasuki Istana Gemini. Kembali Seiya merasakan cosmo aneh yang tadi dan teman-temannya juga merasa demikian.

Sementara itu, Mû mengunjungi Aldebaran di Istana Taurus. Aldebaran berkata kepada Mû bahwa ketika bertarung dengan Seiya, ia melihat bayangan Athena di belakang Seiya, seperti melindunginya. Mû terheran-heran mendengarnya. Aldebaran juga merasa ada yang aneh dengan Kyôkô. Dahulu ia adalah pemimpin yang ramah dan disenangi semua orang, tapi sekarang tampaknya ia telah berubah. Aldebaran pernah merasakan hawa jahat dari diri Kyôkô ketika berhadapan dengannya.

Kembali ke Istana Gemini, keempat Bronze Saint melihat jalan keluar. Namun ternyata mereka kembali lagi ke pintu masuk. Tiba-tiba Shun melihat bahwa Istana Gemini ada dua! Mereka memutuskan untuk berpencar. Hyôga dengan Shun, Shiryû dengan Seiya. Siapa pun yang lebih dulu keluar tak perlu menunggu yang lainnya. Mereka berjanji akan bertemu di istana berikutnya. Maka mereka berpisah. Di dalam istana, Hyôga dan Shun mendengar sebuah suara yang disusul dengan munculnya suatu cosmo yang meliputi sesosok tubuh. Hyôga langsung mengenalinya, "Itu adalah Gold Saint kembar (Gemini)!"
Kyôfu! Ijigen e no Hyôryû
(Kengerian!
Terhanyut ke Dimensi Lain)
Teks & gambar: RAW
Seorang penjaga terengah-engah menuju ruangan Kyôkô. Ia hendak memberitahu bahwa Bronze Saint telah mencapai istana ketiga. Tapi penjaga pintu tak mengijinkannya masuk. Kyôkô telah berpesan agar ia tidak diganggu oleh siapapun mengenai apapun.

Di Istana Gemini, Hyôga dan Shun berhadapan dengan Gemini Gold Saint. Rantai Shun tak bereaksi terhadap lawan yang ada di depannya. Hyôga dengan cepat menyimpulkan, "Dia cuma ilusi," lalu bersiap-siap menyerang. Tiba-tiba rantai Shun bereaksi. Shun berusaha mencegah Hyôga, tapi terlambat. Diamond Dust sudah dilepaskan. Pukulan itu mengenai Gemini Saint kemudian berbalik menyerang Hyôga dan Shun. Shun heran melihat rantainya yang bereaksi, tapi seperti kebingungan. Hyôga masih penasaran dengan lawannya. Ia melepaskan jurus lain, Aurora Thunder Attack. Lagi-lagi jurus itu berbalik.

Di Istana Gemini yang lain, Shiryû dan Seiya juga berhadapan dengan Gemini Saint. "Jadi itu dia," kata Seiya. "Mana? Aku tak melihatnya," tanya Shiryû. "Kau tak bisa melihatnya karena matamu buta," jawab Seiya. "Aneh," kata Shiryû, "aku tak merasakan kehadiran seseorang di sini." Sementara Shiryû masih terheran-heran, Seiya sudah bertindak duluan, "Pegasus Ryûsei Ken!" Shiryû segera menahan tangan Seiya. "Kau tertipu! Dia tak ada di sini!" kata Shiryû. "Ngomong apa kau, Shiryû?" seru Seiya. "Dia ada di hadapan kita!" "Tidak," balas Shiryû, "aku tak merasakan ada orang di sini. Yang kau lihat itu cuma ilusi." Shiryû kembali berkonsentrasi. Akhirnya ia melihat pintu keluar, yaitu tepat di belakang sosok Gemini Saint yang dilihat Seiya. Shiryû menarik tangan Seiya. "Apa yang kau lakukan, Shiryû? Gemini ada di depan kita!" teriak Seiya. Shiryû tak menghiraukan omongan Seiya, "Ayo, Seiya!" Ia berlari sambil menyeret Seiya ke arah sosok Gemini Saint. Seiya makin panik, "Uwaaaaa!!!!!"

Tahu-tahu Seiya dan Shiryû sudah berada di luar. Seiya tentu saja heran dengan apa yang terjadi, "Jadi sosok Gemini Saint sebenarnya adalah pintu keluar." Shiryû membenarkan. Gemini Saint yang menciptakan ilusi itu. Ketika hendak melanjutkan perjalanan, Shiryû merasakan adanya cosmo dari Istana Gemini.

Di istananya, Kyôkô tampak kesal. "Pegasus dan Dragon bisa lolos karena Dragon tak bisa melihat. Tapi Cygnus dan Andromeda takkan mungkin lolos. Aku akan benar-benar bertarung dengan mereka. Ha ha ha!!!"

Sementara itu, Shun berusaha membangunkan Hyôga yang pingsan. Gemini Saint mengatainya. Shun langsung melemparkan Nebula Chain. Rantainya itu berhenti tepat di depan wajah Gemini Saint, tampak kebingungan. Shun belum kehabisan akal. "Andromeda Nebula!" Rantainya melingkar-lingkar di lantai, menempatkan Shun dan Hyôga di tengah. "Lingkaran Andromeda Nebula ini akan melindungiku. Kalau kau memasukinya, kau akan mati!" kata Shun kepada Gemini Saint. Tapi Gemini Saint malah tertawa, kemudian dengan tegap melangkah mendekati Shun. Shun terpana. Andromeda Nebula tak bergerak sama sekali. Shun pun menyadari bahwa sosok di hadapannya itu dikendalikan seseorang dari suatu tempat, tapi ia tak tahu di mana.

Gemini Saint sampai di hadapan Shun dan langsung mengeluarkan jurus Another Dimension. Tampak sebuah ruang dimensi terbuka. Tubuh Shun dan Hyôga melayang-layang di dalamnya. Rantai Shun dengan cepat melingkar pada sebuah pilar istana, menahan pemiliknya. Tapi Hyôga tak tertolong. Dalam keadaan pingsan tubuhnya terlempar ke ujung dimensi dan menghilang. Bersamaan dengan hilangnya dimensi itu, Shun terhempas kembali ke lantai istana. "Kau selamat karena ditahan rantaimu," kata Gemini Saint. "Kau kemanakan Hyôga?" tanya Shun. "Another Dimension," jawab Gemini Saint, "yaitu tempat dimana terjadi kekacauan dimensi. Dia akan terhanyut selamanya di sana." Lalu Gemini Saint mengeluarkan jurus yang sama, "Another Dimension!" Shun kembali ditahan oleh rantainya yang kedua ujungnya melingkar pada pilar istana. Tapi kali ini Gemini Saint menghancurkan salah satu ujung rantai Shun. Tubuh Shun makin terseret ke ruang dimensi. Kini dengan sebelah tangannya ia tinggal bertahan pada ujung rantainya yang satu lagi. Rantai itu pun semakin rapuh karena menahan berat badan Shun, sementara Gemini Saint sedang bersiap-siap menghancurkannya juga.
Hoero! Kôbô Ittai no Nebyura Cheen
(Panggillah! Nebula Chain untuk Bertahan dan Menyerang)
Teks & gambar: RAW
Gemini Saint mengirim Hyôga ke dimensi lain. Hal serupa akan segera dilakukannya pada Shun, yang kini tinggal bertahan pada satu ujung rantainya yang sudah hampir putus. "Selamat tinggal, Andromeda!" Nebula Chain putus. Tubuh Shun melayang-layang. "Niisaaan!!" Shun berseru memanggil abangnya. Tiba-tiba tubuh Shun terhempas kembali ke lantai istana.

Di tempatnya, Kyôkô sangat marah. "Siapa itu?" hardiknya, sementara di Istana Gemini Shun melihat pintu keluar. Kyôkô sibuk mengira-ngira siapa yang mengganggu meditasinya, "Athena? Bukan. Dia sedang sekarat karena panah emas. Mû, Pegasus, Dragon, dan Aldebaran juga bukan. Rôshi? Ah, dia juga tidak." Tiba-tiba Kyôkô kembali merasakan cosmo yang tadi mengganggunya. Setelah berkonsentrasi, akhirnya ia mampu mengetahui siapa pemilik cosmo itu: Phoenix Ikki!

Sementara itu, Shun di Istana Gemini juga merasakan cosmo Ikki yang telah menolongnya. "Apa abang sudah berada di Sanctuary?" Shun bertanya-tanya dalam hati. "Karena abang, ilusi Istana Gemini kini lenyap." Tiba-tiba Shun melihat bahwa api ketiga padam. Ia pun segera beranjak, tapi mendadak ia teringat pada Hyôga. "Aku tak bisa pergi sendirian saja," kata Shun sambil melangkah kembali ke dalam istana untuk mencari Hyôga.

Tiba-tiba pintu keluar di hadapannya menghilang dan terdengar tawa seseorang. Shun tersentak. Gemini Saint muncul lagi. "Bodoh kau!" kata Gemini Saint. "Pintu keluar itu takkan pernah kau lihat lagi!" "Aku tak peduli," balas Shun. "Aku takkan pergi tanpa Hyôga!" Gemini Saint membalas perkataan Shun dengan Another Dimension. "Cosmo Phoenix sudah lenyap. Dia telah tertidur lagi. Sekarang tak ada lagi yang akan menolongmu!" Tubuh Shun melayang-layang dalam dimensi yang diciptakan Gemini Saint. Ia mencoba menarik rantainya, tapi ia lupa bahwa kedua ujung rantainya itu sudah putus. Gemini Saint mengerahkan cosmo-nya. Timbul sebuah dimensi baru yang tak ada batasannya, dan Shun jatuh ke dalamnya.

Shiryû dan Seiya merasakan cosmo Shun menghilang. "Kita harus percaya pada Shun," kata Seiya.
"Dia pasti bisa mengatasinya." Maka mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan ke istana berikutnya.

Shun yang sedang dilanda putus asa tiba-tiba mendengar suara Saori, "Shun, apa kau lupa pada janjimu untuk menembus 12 Istana?" Kemudian ia juga teringat perkataan Aldebaran, "Kalian telah berhasil mencapai Seven Senses." Shun bersemangat lagi. Ia menegakkan tubuhnya dan berseru, "Bangkitlah, Nebula Chain!" Gemini Saint tertegun. Ujung-ujung Nebula Chain yang terputus bersatu kembali, dan rantai itu kini berputar-putar mengelilingi sekujur tubuh Shun.

"Gemini Saint," kata Shun, "tahukah kau arti kedua ujung rantai ini? Ujung bulat Circle Chain selalu melindungi tubuhku dari serangan lawan, sementara ujung runcing Square Chain berfungsi untuk menyerang musuh. Aku tidak terlalu suka menggunakan Square Chain, tapi dalam pertarungan di 12 Istana ini, aku harus menggunakannya. Ayo, Square Chain! Andromeda Thunder Web!" Square Chain bergerak seperti kilat ke arah Gemini Saint dan menembus topengnya. Tak cuma sampai di situ, ternyata rantai itu melesat sampai ke Ruangan Kyôkô dan menyerangnya. Topeng yang dikenakan Kyôkô lepas dan rosario di lehernya putus.

Kyôkô sangat marah. Tiba-tiba terdengar suara dari cermin, "Apa lagi yang akan kau lakukan? Andromeda sudah memenangkan pertarungan. Dia sudah mencapai Seven Senses." "Lalu kau mau apa?" bentak Kyôkô. "Aku tak peduli selama dunia ini berada dalam kekuasaanku!"

Shun yang sedang menarik kembali rantainya dari dalam topeng Gemini melihat sebuah untaian rosario terbawa oleh rantainya. Tiba-tiba Gemini Cloth kembali ke bentuk semula. Shun terheran-heran melihat kedua wajah yang ada di Cloth itu, "Sepertinya yang satu kelihatan sedih."

Sementara itu, Hyôga sadar dari pingsannya. "Di mana ini?" ia bertanya-tanya. "Sepertinya masih di salah satu dari 12 Istana." Tiba-tiba seseorang menyapanya, "Kau Cygnus Hyôga kan?" Hyôga terperangah melihatnya, "Kau..."

Saraba Hyôga! Yûsha yo Nemure
(Selamat Tinggal, Hyôga! Tidurlah, wahai Pahlawan)
Teks & gambar: RAW
Hyôga terperangah melihat orang yang berdiri di hadapannya, "Kau kan Aquarius Camus!" "Benar," jawab orang itu. "Kau pasti sudah mendengar tentang aku dari Crystal Saint." Ketika Hyôga masih berlatih di Siberia Timur, gurunya Crystal Saint pernah bercerita tentang saint yang lebih kuat dari dirinya, yakni Gold Saint Aquarius Camus yang tak lain adalah guru Crystal Saint sendiri.

"Jadi ini Istana Aquarius?" Hyôga bertanya-tanya. "Bukan, ini Istana Libra. Tapi karena Rôshi berada di Gorôhô, istana ini tak berpenghuni," jelas Camus. "Kalau begitu, kenapa kau ada di sini?" tanya Hyôga. Camus tak langsung menjawab, namun kemudian ia berkata, "Aku akan menahanmu di sini." Sambil berkata begitu, ia memancarkan cosmo dari tangannya, yang membuat Hyôga terhempas.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Hyôga, tak mengerti. "Kumohon, dengarkan dulu penjelasanku." Bukannya mempersilakan Hyôga bicara, Camus malah dua kali berturut-turut membuat Hyôga terkapar lagi. "Ayo, lawan aku!" tantangnya. "Aku tidak bisa!" balas Hyôga. "Kau kan guru dari guruku. Lagipula, tak tahukah kau penyebab kematian Crystal Saint? Semua gara-gara Ares dari Sanctuary!" Namun Camus menanggapinya dengan dingin, "Itu saja yang mau kau katakan?"

"Ibumu ada di dalam laut Siberia Timur kan?" kata Camus. "Lihat ini baik-baik." Cosmo memancar dari ujung jari Camus, mengenai rasi Aquarius, lalu memantul ke dalam lautan Siberia Timur, mengenai kapal tempat ibu Hyôga berada. Kapal karam itu terperosok makin dalam. Hyôga yang melihat penampakan itu panik. "Hentikan! Nanti aku tak bisa menemui mama lagi!" teriaknya. Bukannya kasihan, Camus malah memberitahu bahwa penampakan yang dilihat Hyôga sungguh-sungguh terjadi.

Hyôga marah sekali, "Kenapa kaulakukan itu? Takkan kumaafkan! Diamond Dust!!" Dengan satu tangan saja Camus membendung pukulan Hyôga. "Akulah yang mengajarkan jurus itu pada gurumu, tahu!" serunya. Hyôga belum mau menyerah. "Aurora Thunder Attack!" Cosmo Camus melindungi tubuhnya dari serangan Hyôga. Hyôga mencoba sekali lagi, namun tetap gagal. Justru serangan balik Camus menghantamnya bertubi-tubi.

"Kau belum menghayati Cosmo Tertinggi (Seven Senses) karena masih terlalu banyak penghalang, salah satunya kenangan tentang ibumu," ujar Camus. "Jadi maksudmu aku harus melupakan mama!?" teriak Hyôga. "Mana bisa! Mama adalah hal terpenting bagiku!" Kesabaran Camus habis. Ia melancarkan jurus terdahsyatnya, Aurora Execution. Hyôga terbanting keras. "Aku kalah," katanya dengan lemah. Tak dipedulikannya suara ibunya, Saori, dan teman-temannya yang memintanya agar tetap bertahan. "Aku akan pergi ke tempat mama. Maafkan aku. Selamat tinggal!"

Shun, Seiya, Shiryû, dan Mû tersentak merasakan cosmo Hyôga yang lenyap bersamaan dengan padamnya api Istana Gemini. Di Istana Libra, Camus menghadapi Hyôga yang tergeletak. Sambil meneteskan air mata, ia membuat peti dari es
(dengan jurus Freezing Coffin, tapi Camus tidak mengucapkannya) membungkus tubuh Hyôga. "Selamat tinggal, Hyôga!"
Doragon! Yomigaere Shi no Kuni Kara
(Dragon! Bangkitlah dari Negeri Kematian)
Teks & gambar: RAW
Seiya dan Shiryû sampai di Istana Cancer. "Seiya, serahkan istana ini padaku. Lihat, api Istana Gemini sudah padam," kata Shiryû. "Tapi kita kan masih punya waktu 9 jam," kilah Seiya. "Kita akan bertarung secepat mungkin." "Baiklah," Shiryû mengalah. Dalam hati ia merasakan cosmo Hyôga masih ada, walau sangat kecil dan asalnya bukan dari istana yang ada di hadapannya.

"Rasanya seperti di kuburan," kata Seiya ketika mereka sudah berada di dalam Istana Cancer. Tiba-tiba Shiryû merasa ia menginjak sesuatu. "Seiya, tolong lihat kakiku," pintanya. Seiya kaget setengah mati melihat di kaki Shiryû ada wajah manusia. Tak hanya satu, tapi ratusan wajah orang mati menyembul di lantai, bahkan di dinding dan langit-langit istana.

Bersamaan dengan itu Death Mask muncul. Shiryû langsung mengenalinya. "Itu wajah orang-orang yang sudah kubunuh.
Karena itulah namaku Death Mask," kata Cancer Gold Saint itu bangga. Shiryû makin geram melihat di antara korban-korban Death Mask terdapat pula anak-anak. "Seiya, kau duluan saja!" suruhnya. Seiya segera memahami maksud Shiryû. Ia melepaskan Pegasus Ryûsei Ken untuk mengecoh Death Mask, dan bergegas menuju pintu keluar.

Maka Shiryû berhadapan dengan Death Mask. Shiryû melancarkan Rozan Shô Ryû Ha, tapi jurus itu hanya menyeret tubuh Death Mask beberapa meter tanpa bisa menjatuhkannya. Death Mask segera menghimpun tenaga. "Pergilah kau ke neraka!" teriaknya. Shiryû panik karena tubuhnya tak bisa bergerak. "Sekishiki Meikai Ha!!" serang Death Mask.

Shiryû membuka mata dan merasa heran karena bisa melihat. Ia melihat iring-iringan manusia di kejauhan lalu segera menghampiri dan menyapa mereka, "Hooii!! Kalian mau ke mana? Tempat apa ini? Kalian siapa?" Tiba-tiba Shiryû melihat Hyôga berada di antara orang-orang itu. Ia berteriak-teriak memanggilnya, namun Hyôga seolah-olah tak mendengar. Karena penasaran, Shiryû hendak mendekat, namun...

"Jangan!" Tahu-tahu saja Saori ada di belakangnya. "Orang-orang itu menuju ke dunia kematian dan mereka takkan kembali," jelas Saori.
"Tubuhmu masih berada di Istana Cancer. Yang ada di sini hanya jiwamu." Shiryû pun paham ia sedang berada di alam maut akibat pukulan Death Mask. "Kembalilah ke Istana Cancer dan kalahkan Death Mask," pinta Saori. "Lalu, Hyôga dan Nona Saori bagaimana?" tanya Shiryû. "Jangan cemaskan kami," jawab Saori sambil mengacungkan tongkatnya.

Jiwa Shiryû melayang dan masuk kembali ke tubuhnya yang tergeletak di lantai Istana Cancer. Death Mask hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Shiryû berdiri lagi dan melepaskan Rozan Shô Ryû Ha, tetapi Death Mask menahannya dengan satu tangan saja, bahkan membalikkannya hingga Shiryû menabrak salah satu pilar istana. "Pergilah lagi ke sana, dan kali ini jangan kembali lagi!" seru Death Mask sambil mengacungkan jarinya.
"Sekishiki Meikai Ha!!"
Ai! Shunrei no Inori
(Cinta! Doa Shunrei)
Teks & gambar: RAW
Jiwa Shiryû kembali terlempar ke alam maut. Shunrei yang bisa merasakan bahwa Shiryû dalam bahaya mati-matian berdoa, memohon agar Tuhan melindungi Shiryû. Kekuatan doa Shunrei dirasakan oleh Death Mask. Ia bingung mencari-cari asalnya, sekaligus khawatir jika doa itu akan menyebabkan Shiryû kembali lagi.

Sementara itu, Shiryû mendapati dirinya berada di alam maut lagi. Hyôga masih terlihat di kejauhan, berjalan bersama orang-orang yang hidupnya di dunia sudah dalam keadaan sekarat. Shiryû merasakan tubuhnya sangat lemah. Ia tak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba ia dapat merasakan Shunrei berdoa untuknya.

Shiryû teringat ketika ia datang ke Gorôhô 6 tahun lalu. Tujuannya berlatih hanya satu: untuk menjadi kuat. Salah satu ajaran gurunya yang paling ia ingat adalah pepatah, "Jadilah rumput saat menghadapi angin; jadilah batu saat menghadapi hujan; jadilah naga saat menghadapi air terjun; jadilah gunung saat menghadapi kejahatan."
(Kata-kata ini juga terdapat dalam image song Shiryû, Dragon Blood) Seiring berjalannya waktu, di bawah bimbingan Rôshi, juga kehadiran putri angkatnya Shunrei yang sama-sama anak yatim piatu, Shiryû menyadari bahwa kekuatan bukan segala-galanya.

Semangat Shiryû bangkit kembali. Ia bertekad takkan menyerah begitu saja dan akan bertarung demi Shunrei. Tapi tiba-tiba Death Mask sudah di belakangnya. "Yang kau hadapi adalah tubuh dan jiwaku. Tempat ini adalah kekuasaanku, jadi aku bisa ke sini dan kembali ke istana dengan leluasa," kata Death Mask sambil mendera Shiryû habis-habisan. Setelah puas, ia mengangkat Shiryû dan membawanya ke suatu tempat.

Di situ ada sebuah jurang besar. Orang-orang yang tadi dilihat Shiryû rupanya menuju ke situ. "Itu namanya Yomotsu Hirasaka," jelas Death Mask. "Yang jatuh ke dalamnya akan menjadi orang mati. Sekarang, matilah kau!" serunya sambil menjatuhkan Shiryû. Shunrei yang merasakannya makin tekun berdoa, sementara Death Mask bersiap-siap melemparkan Shiryû ke jurang Yomotsu Hirasaka.

Namun gerakannya terhenti karena kekuatan doa Shunrei. Death Mask yang kesal berusaha mencari sumber doa itu. Tidak lama, ia menemukannya: Gorôhô di Rozan, dan orangnya adalah Shunrei. Death Mask memusatkan pikirannya, dan dengan kekuatan telekinesis ia membuat tubuh Shunrei melayang lalu menceburkannya ke air terjun.

Shiryû yang dapat melihat dengan mata hatinya apa yang dilakukan Death Mask tadi meledak amarahnya. Ia membakar cosmonya hingga Death Mask melepaskan pegangannya karena kepanasan. Shiryû tak memberi ampun lagi. Ia menghujani Death Mask dengan pukulan bertubi-tubi.
Episode 50
Nobore Ryû! Shiryû Ikari no Kosumo
(Bangunlah, Naga! Cosmo Kemarahan Shiryû)
Teks & gambar: RAW
Shiryû murka karena Death Mask menceburkan Shunrei ke air terjun. "Biar kukirim kau ke dunia kematian!" teriak Shiryû sambil melepaskan Rozan Shô Ryû Ha. Tetapi lagi-lagi Death Mask menahannya dengan satu tangan. "Sudah kubilang, jurus itu takkan mempan padaku. Selama aku mengenakan Gold Cloth, kau takkan bisa mengalahkanku," kata Death Mask. Shiryû belum menyerah. Ia melancarkan tinju berkali-kali, namun semua dapat dihindari dengan mudah oleh lawannya. Sekalinya Death Mask melepaskan pukulan, Shiryû justru terkena telak hingga tubuhnya terperosok ke jurang Yomotsu Hirasaka.

Shiryû mati-matian bertahan dengan kedua tangannya. Death Mask yang merasa sudah menang hendak menginjak tangan Shiryû agar ia jatuh. Namun kakinya, lalu sekujur tubuhnya, ditahan oleh orang-orang yang pernah menjadi korbannya. Death Mask menyalakan cosmonya untuk melepaskan diri. Mayat-mayat itu jatuh ke Yomotsu Hirasaka. Shiryû makin tak mengerti, "Kenapa orang seperti dia justru mengenakan Gold Cloth?" tanyanya dalam hati.

Kini Death Mask dengan leluasa menginjak-injak tangan Shiryû. Shiryû melepaskan tangan kanannya, lalu berusaha memukul kaki kiri Death Mask, tapi tak berhasil. Setelah mengumpulkan tenaga, ia melompat ke atas, dan sekali lagi berusaha memukul kaki Death Mask. Sekali itu, bagian cloth yang melindungi kaki kiri Death Mask lepas. Shiryû menyarangkan tinju ke lengan kanan Death Mask. Bagian cloth tersebut juga lepas. "Gold Cloth hanya mau dipakai saat benar-benar diperlukan," Shiryû menjelaskan kepada Death Mask yang kebingungan. Ia teringat ketika Sagittarius Cloth tiba-tiba datang dan menempel di tubuh Seiya yang terdesak oleh trio Silver Saint Sirius-Argeti-Dio, lalu melepaskan diri saat pertarungan usai. Begitu Shiryû selesai bicara, semua bagian Cancer Gold Cloth yang masih melekat di tubuh Death Mask juga lepas.

Shiryû yang ingin bertarung dengan adil ikut melepaskan Dragon Cloth dari tubuhnya. Ia memusatkan konsentrasi, berusaha menyerap Seven Senses. Shiryû dan Death Mask sama-sama menyalakan cosmo. Death Mask membuka serangan dengan Sekishiki Meikai Ha. Shiryû membalas dengan Rozan Shô Ryû Ha. Naga Shiryû berhasil mematahkan gelombang jurus Death Mask. Kekuatan tinju Shiryû mendorong tubuh Death Mask hingga terperosok ke Yomotsu Hirasaka. Shiryû sendiri jatuh kehabisan tenaga.

Shun tiba di Istana Cancer dan melihat Shiryû tergeletak di lantai. Tiba-tiba muncul api jiwa yang masuk ke tubuh Shiryû. Shiryû kembali sadarkan diri. "Aku berhasil mengalahkan Death Mask, tapi Shunrei..." kata Shiryû sedih. Namun seketika itu juga Rôshi memanggil melalui cosmo-nya, "Jangan khawatir Shiryû, Shunrei tidak apa-apa." Shun tersenyum lega. "Syukurlah, Shiryû," katanya sambil menyodorkan tangan untuk menyalami temannya itu. Shiryû membalas jabatan Shun. Shun tertegun, "Shiryû, mungkinkah kau..." Ternyata penglihatan Shiryû pulih setelah ia menyerap Seven Senses dalam pertarungannya melawan Death Mask. "Juga berkat air suci dari Seiya serta doa Shunrei," tambah Rôshi. "Terima kasih Seiya, Shunrei," gumam Shiryû terharu.

Wajah-wajah orang mati yang tadi memenuhi Istana Cancer sudah lenyap. Jiwa mereka kini sudah tenang. Shiryû dan Shun bergegas menyusul Seiya ke Istana Leo.
Naze da! Kiba wo Muita Ôgon no Shishi
(Mengapa! Singa Emas Menampakkan Taringnya)
Teks & gambar: RAW
Seiya telah tiba di Istana Leo dan sangat gembira bertemu dengan Aioria. Kata Seiya, "Aioria, tak ada waktu lagi, jadi..." "Jadi apa?" balas Aioria, dingin. "Aku takkan membiarkan orang yang masuk ke Istana Leo seenaknya. Itu sudah tugasku sebagai Leo Gold Saint." Sudah pasti Seiya kaget setengah mati mendengar kata-kata Aioria, sebab setelah mereka berdua bertempur belum lama ini, Aioria mengakui Saori sebagai Athena. Bahkan ia sendiri yang meminta agar Seiya menjaga Athena dan Gold Cloth.

Kebingungan Seiya belum lagi habis ketika tiba-tiba Aioria dengan santainya melancarkan tinju kilat, mirip Lightning Bolt yang digunakannya dalam pertarungan sebelumnya. Tubuh Seiya terhempas keras. Seiya bertambah bingung. Tapi lagi-lagi Aioria menatapnya tanpa ekspresi, "Mati kau, Seiya!" dan sekali lagi ia melancarkan tinju kilat.

Sementara itu, seorang pengawal diserang seseorang berjubah. Pengawal itu segera berteriak memanggil kawan-kawannya lalu mengepung si penyusup dan menyerangnya. Namun orang itu ternyata sangat tangguh. Semua pengawal dikalahkannya dengan mudah. Kemudian ia berhadapan dengan seorang pengawal bercemeti. Pengawal itu pun takluk di kakinya. Tapi pengawal tersebut menarik ujung jubah panjangnya, sehingga ketahuanlah bahwa penyusup itu adalah Marin.
Marin langsung melarikan diri karena pengawal-pengawal lain segera berdatangan ke tempat itu.

Beberapa hari sebelumnya, Marin mendatangi June yang dirawat di rumah sakit. June memberitahunya bahwa Seiya pergi ke Sanctuary, padahal di sana ada 12 Gold Saint. Marin pun bertekad untuk pergi ke Sanctuary guna melindungi Seiya.

Di Istana Leo, Seiya masih berusaha melunakkan hati Aioria. "Saori tertembak panah emas. Jika kita tidak lekas bertindak, Athena bisa mati," katanya. Aioria tersentak mendengarnya, "Apa? Athena akan mati?" Tiba-tiba ia mengalami sakit kepala yang hebat. Seiya tak terlalu memerhatikannya. Ia masih terus mengoceh, "Makanya kau harus membiarkanku pergi, Aioria. Aioria!" Tapi Aioria malah menjawab, "Tidak bisa! Sudah kubilang, akan kuhabisi siapa saja yang memasuki istana ini tanpa seizinku!" Seiya tertegun. "Aioria yang sekarang bukanlah Aioria yang waktu itu," pikirnya. Ia pun menyerang Aioria, tetapi Aioria membalikkan jurusnya hingga Seiya terpental.

Sementara itu, Marin yang sedang berlari di sisi tebing terjal dihadang oleh Jacky. "Percuma kau menolong Seiya," kata Jacky. "Dia sedang di Istana Leo dan Aioria akan membunuhnya."
Marin tak percaya mendengar bahwa Aioria hendak membunuh Seiya karena ketika dulu Seiya sedih saat mendengar gosip bahwa orang Jepang tak mungkin bisa menjadi saint, Aioria lah yang menghiburnya dan mengatakan bahwa gosip itu tidak benar. Ia malah menyuruh Seiya agar berlatih lebih keras lagi supaya menjadi saint yang hebat.

Marin berusaha melawan, tapi karena besar tubuh mereka berbeda jauh, ia tak berdaya. Justru Jacky balik memukulnya hingga ia terdesak ke bibir tebing. Jacky bersemangat sekali menginjak-injak pinggiran tebing untuk menjatuhkan Marin. Karena Marin terus mengelak, ia pun mengangkatnya dan mendekapnya kuat-kuat sehingga satu per satu tulang Marin patah. Marin meronta mati-matian, tapi akibatnya Jacky kehilangan keseimbangan dan mereka berdua jatuh ke jurang yang dalam. Saat ia jatuh, cosmo Marin berkobar. "Seiyaaaaa.....!!!!!"

Seiya mendengar teriakan Marin. Semangatnya bangkit, "Berkobarlah, cosmo-ku! Ciptakanlah keajaiban!" Aioria kembali melepaskan tinju kilat. Ternyata Seiya mampu membacanya. Ia pun bergerak maju seraya menghindari kilatan-kilatan dari tinju Aioria. Duakk!! Tendangan Seiya mengenai wajah Aioria dengan telak.
Aaresu! Densetsu no Maô Ken
(Ares! Tinju Raja Iblis Legendaris)
Teks & gambar: RAW
Dengan tendangannya, Seiya berhasil memukul mundur Aioria. "Tak salah lagi, tadi aku merasakan cosmo Marin. Cosmo-nya telah menolongku. Berarti dia ada di Sanctuary ini?" Sementara itu, Aioria sudah berdiri lagi. Sorot matanya sangat mengerikan hingga Seiya melangkah mundur. Aioria tak berlama-lama lagi. Ia melancarkan serangan hingga Seiya terhempas, menubruk pilar penyangga istana. Belum sempat Seiya berdiri, Aioria sudah menyerang lagi dengan Lightning Bolt. Kaki kanan Seiya terantuk keras hingga ia merasakan sakit yang luar biasa. "Semestinya dia seseorang yang membela kebenaran, tapi orang di depanku ini dipenuhi hawa jahat," pikir Seiya. "Aioria, bahkan Marin sampai kembali ke sini. Sebenarnya apa yang telah terjadi di Sanctuary?" tanyanya.

Di rumah Shaina, Casios tengah menunggui gurunya yang sedang tidak sehat itu.
Shaina bermimpi. Ia teringat saat ia melindungi Seiya dari serangan Aioria. Ia teringat saat ia berkata bahwa ia mencintai Seiya. Shaina mengigau, "Seiya...Seiya..." Casios sebal mendengar nama Seiya disebut-sebut.

Di Istana Leo, Seiya memasang kuda-kuda untuk menyerang dengan tinju meteornya. "Dasar bodoh! Ryûsei Ken takkan mempan pada Gold Saint seperti aku," maki Aioria. Seiya tak mempedulikannya. "Pegasus Ryûsei Ken!" Aioria menahan dengan satu tangan saja, lalu membalas dengan Lightning Bolt. Seiya kembali terlempar. Ia segera bangkit, tapi kaki kanannya terasa sakit sekali.

Sementara itu, Shaina terbangun tepat ketika Casios baru kembali dari kota membawakan buah-buahan. Di kota Casios mendengar kabar bahwa para Bronze Saint sudah sampai di Istana Leo. Casios bingung, haruskah ia memberitahu Shaina? Tetapi Shaina menghardiknya tanpa basa-basi, "Apa yang terjadi di Sanctuary?" Akhirnya Casios mengatakannya juga, "Seiya dan kawan-kawan ada di 12 Istana." Seperti dugaannya, Shaina langsung melompat dari tempat tidur. "Sampai sedemikian rupa Shaina mengkhawatirkan Seiya," kata Casios lirih. Belum lagi sampai di pintu, Shaina bertanya lagi, "Sekarang mereka di mana?"
"Di Istana Leo." "Berarti di tempat Aioria," ujar Shaina sambil duduk kembali. "Kalau begitu tidak ada masalah. Tapi...setelah itu Istana Virgo, dan di sana ada Shaka, manusia yang hampir setara dengan dewa."
"Justru seharusnya Shaina cemas karena Seiya ada di tempat Aioria." "Apa maksudmu?" bentak Shaina.

Casios pun menceritakan semuanya: Aioria tidak seperti yang dulu lagi. Ia sudah berubah karena terkena Gen Rô Maô Ken, yakni tinju iblis legendaris milik Kyôkô. Setelah mengantar Shaina, Aioria pergi menemui Kyôkô. Di sana ia beradu jurus dengan Virgo Shaka. Karena kekuatan mereka setara, keduanya saling menjatuhkan. Tetapi cosmo Kyôkô berkobar, dan ia mengeluarkan tinju iblis Gen Rô Maô Ken menembus otak Aioria. Aioria pun tunduk pada kekuatan jahat Kyôkô.

Shaina panik sekali mendengarnya. Ia bergegas hendak menyusul Seiya, namun Casios keburu memukul perutnya hingga ia pingsan. "Maafkan aku. Tapi aku tak bisa membiarkan Shaina pergi dengan keadaan seperti ini." Ia membaringkan Shaina kembali. "Seiya," gumam Casios, "kau mengambil semuanya dariku: telinga kiriku, Pegasus Cloth, dan juga Shaina."

Otoko da! Kashiosu Ai ni Shisu
(Lelaki Sejati!
Casios Mati demi Cinta)
Teks & gambar: RAW
Lightning Bolt Aioria menghantam Seiya dengan telak. Seiya berteriak kesakitan hingga terdengar oleh Shiryû dan Shun yang tak jauh dari Istana Leo. Mereka mempercepat larinya, tapi Casios menghadang, "Kalian tak boleh ke Istana Leo." Shun tak mengacuhkannya, "Ayo, Shiryû." Casios tak beranjak. "Sudah kubilang kalian tak boleh ke sana!" Saat itu teriakan Seiya terdengar lagi. "Apa yang terjadi?" Shun bertanya-tanya. "Aioria dicuci otaknya dengan jurus Gen Rô Maô Ken. Dia akan membunuh Seiya," jawab Casios. Shiryû dan Shun terbelalak dan bergegas maju. Casios menyongsong mereka dan menyeruduk Shiryû dengan sangat keras hingga ia tergeletak tak berdaya. Shun langsung melesakkan rantainya, tetapi Casios menangkap lalu memutar-mutarkannya sehingga tubuh Shun terlempar kesana-kemari.

Sementara itu, Aioria asyik menginjak-injak kaki kanan Seiya yang luka parah. "Kali ini aku akan menghajarmu tepat di jantung!" Untuk kesekian kalinya Seiya sampai harus berteriak karena rasa sakit yang luar biasa. Tapi Aioria belum puas. Ia melancarkan Lightning Bolt berkali-kali. "Jumlah pukulanmu hanya 100 dalam sedetik, sedangkan jurusku mencapai 100 juta pukulan per detik, dan lagi, kecepatannya setara dengan kecepatan cahaya," kata Aioria dengan angkuh. Ia menghimpun kekuatan lalu melancarkan jurus yang lebih dahsyat, Lightning Plasma. Seiya sama sekali tak dapat menghindar. "Matilah kau sekarang juga!" seru Aioria sambil bersiap mengerahkan pukulan pamungkas, tetapi suara seseorang menahannya, "Tunggu!" Casios muncul.

"Siapa yang hendak membahayakan Seiya harus berurusan denganku," kata Casios. Ia menoleh ke arah Seiya, "Lama tak jumpa, Seiya." Lalu Casios melesakkan tinju ke arah Aioria, walau berhasil ditepis dengan mudah. "Cepat pergi, Seiya!" seru Casios sambil bergerak maju dan mendekap Aioria dengan tubuhnya yang besar. Seiya masih saja berdiri di situ, bingung dengan kelakuan Casios. "Aku melakukannya bukan demi kau, tapi demi Shaina," kata Casios padanya. Seketika Casios teringat akan latihan mahaberat yang diberikan Shaina. Sesekali Shaina membentaknya, "Kalau begini terus, kau takkan bisa jadi saint. Kau ini laki-laki, kan?" Meski demikian, Casios sangat menghormati Shaina, sampai ia merasa mencintai gurunya itu.

Casios lalu memberitahu Seiya tentang Gen Rô Maô Ken. Aioria kesal karena tak bisa bergerak bebas. "Lepaskan aku!" teriaknya. "Tidak akan!" balas Casios. Aioria makin murka. Ia mendera Casios hingga terluka. "Seiya, cepat pergi!" Aioria memukul Casios dengan lututnya sehingga ia bebas dari dekapannya. Tapi Casios cepat-cepat menahan kaki kanan Aioria kuat-kuat. Aioria yang sudah habis kesabarannya menghajar Casios hingga ia berdarah-darah.

"Biar kubunuh kalian berdua," kata Aioria sambil melancarkan Lightning Plasma. Casios melompat ke depan Seiya dengan merentangkan tangannya. Akibatnya, serangan dahsyat Aioria menghantamnya tanpa ampun. "Shaina-saaan!" Casios roboh. Seiya tak bisa menahan diri lagi. Ia menghimpun segenap cosmo-nya. Aioria kembali melepaskan Lightning Plasma. Kali ini Seiya berhasil membacanya. "Bukalah matamu, Aioria! Pegasus Ryûsei Ken!!" Aioria terhempas menabrak salah satu pilar istana.

Seiya segera menghampiri Casios, namun Casios menemui ajalnya. Saat itu Aioria berdiri lagi, bersamaan dengan tibanya Shiryû dan Shun. "Apa yang terjadi padaku?" Aioria bertanya-tanya. Rupanya ia telah pulih, tetapi itu berkat pengorbanan Casios. "Casios, jadilah bintang dan jagalah Shaina senantiasa," kata Seiya lirih. Di rumahnya, Shaina yang baru terbangun merasakan bahwa cosmo Casios telah lenyap.

Ikki! Tsubasa wo Mogareta Fushichô
(Ikki!
Burung Abadi dengan Sayap Membara)
Teks & gambar: RAW
Pengorbanan Casios telah memulihkan Aioria. Seiya, Shiryû, dan Shun hendak melanjutkan perjalanan, tapi kaki kanan Seiya masih terluka. Aioria langsung menyembuhkannya dengan cosmo-nya. Sebelum mereka berangkat, Aioria memperingatkan tentang lawan yang telah menanti di istana berikutnya: Virgo Shaka, orang yang hampir setara dengan dewa. "Hati-hati dengan matanya. Jika sampai terbuka, semua akan musnah," nasehat Aioria.

Di Pulau Kanon, Ikki telah selesai memulihkan kekuatan dan hendak menyusul adik dan teman-temannya. Ia teringat saat menolong Shun menghadapi Gemini Saint. "Cosmo-nya dari arah Sanctuary," gumam Ikki.
"Jangan-jangan Seiya dan yang lainnya sudah berada di sana?"

Sementara itu sejumlah pengawal Sanctuary mendatangi Pulau Kanon untuk mencari Ikki. Kepala desa dan cucunya bersedia mengantar mereka, namun ketika sudah dekat, kakek itu menghentikan langkahnya. "Tidak bisa! Ia sedang bermeditasi. Jika kalian mengganggunya, ia takkan mengampuni kalian!" katanya. Karuan saja para pengawal itu marah dan menyiksa si kakek. Cucunya yang bernama Helene berseru-seru tanpa daya, "Tolooong! Seseorang!" Tiba-tiba terdengar suara, "Kalau kalian mencariku, aku ada di sini! Lepaskan anak itu!" Bayangan seekor phoenix berkelebat, disusul dengan munculnya Ikki. Para pengawal menyerbu, namun tanpa kesulitan Ikki menghajar habis mereka semua. "Jangan salah," rintih salah satunya, "orang yang sebenarnya mencarimu sudah dekat." Baru saja ia selesai bicara, langit menjadi gelap. Tampak kobaran cosmo, diikuti dengan munculnya dua sosok manusia. Mereka memperkenalkan diri sebagai Pavo Shiva dan Lotus Agora, murid dari Virgo Shaka, Gold Saint yang hampir setara dengan dewa.

Ikki tak peduli. "Ayo maju, kalian berdua!" tantangnya. Tetapi Agora malah duduk lalu membaca sutra. Hanya Shiva yang maju meladeni Ikki. Ikki melepaskan Hô Yoku Ten Shô, namun cosmo Shiva melindunginya dari serangan Ikki. Justru Ikki yang kena tendangan Shiva. Saat Shiva hendak menghajarnya, Helene kembali berseru-seru, kali ini memohon agar mereka menolong kakeknya yang semakin lemah. Shiva dongkol karena diganggu. Dengan cosmo-nya ia membuat tubuh Helene melayang lalu melemparnya ke kawah api. Ikki marah sekali melihatnya. Dengan sigap ia melesakkan Phoenix Gen Ma Ken menembus kepala Shiva.

Shiva melihat dirinya sedang bertapa. Tiba-tiba langit menjadi gelap. Ketika ia membuka mata, sekujur tubuhnya sudah dirayapi puluhan ekor ular, lalu ia terbakar hangus.

"Bagaimana rasanya melihat neraka?" seringai Ikki. Di luar dugaannya, Shiva malah terbahak-bahak, "Itukah tinju ilusi? Menarik juga." Melihat Ikki masih bingung, ia menceritakan ketika seekor macan muncul saat Shaka dan beberapa muridnya sedang bertapa. Hewan yang tadinya berniat menyerang itu mundur kembali karena ketenangan yang memancar dari diri Shaka dan murid-muridnya. "Itulah yang menyebabkan tinju ilusimu tak bisa menembus hati dan pikiran kami," tambah Shiva.

Shiva lalu menyiapkan serangan sambil membaca sutra. Ikki hendak menyerang, namun tubuhnya tak dapat bergerak. Saat itulah pukulan Shiva menghajarnya habis-habisan. Ikki terkapar tak berdaya. Tiba-tiba dilihatnya Helene memanjat tebing kawah. "Tuan saint, bangkitlah. Kau adalah pejuang kebenaran. Kerahkan tenagamu dan bertarunglah. Kemudian tolonglah kami," pintanya. Semangat Ikki timbul lagi. Ia mengobarkan cosmo-nya. Agora merasa Shiva terancam sehingga ia pindah ke samping temannya itu lalu kembali membaca sutra. Lagi-lagi tubuh Ikki terasa kaku, tak bisa digerakkan.
Yûjô no Kizuna! Atena no Sakebi
(Ikatan Persahabatan! Seruan Athena)
Teks & gambar: RAW
Ikki tak bisa bergerak karena pengaruh sutra Agora. "Saat bunga lotus ini mekar, cosmo-ku mencapai puncaknya, dan itu adalah waktunya kau mati," kata Agora sambil menyiapkan jurus. Bunga lotus yang tadinya kuncup pun mekar. "Mati kau, Phoenix!" Tubuh Ikki terhempas jauh.

Di tengah ketakberdayaannya, samar-samar Ikki mendengar suara Saori memanggil. Tapi Ikki merasa dirinya sudah hampir mati. "Selamat tinggal, Shun, Seiya, Shiryû, Hyôga." Sepintas Ikki teringat ucapan Helene bahwa seberat apa pun pertarungan yang dihadapi, seorang saint tetap akan berdiri teguh. Tiba-tiba Ikki merasa tangan mungil Helene menyentuh tangannya. Semangat Ikki timbul lagi. Ia menarik Helene ke atas dan berdiri lagi. Saat itu Shiva dan Agora muncul di belakangnya.

"Memangnya kau bertarung demi apa sih?" tanya Agora. Ikki terkenang kembali saat ia dikuasai kebencian yang diajarkan gurunya. Dulu ia bertarung sekehendak hati. Namun karena ia punya orang yang dikasihi dan sahabat-sahabat yang mempercayainya, kini mereka menjadi alasan bagi Ikki untuk bertarung. "Kalau perlu aku akan menantang dewa di neraka," tambahnya. Shiva dan Agora tersinggung mendengarnya. Sosok mereka menghilang. Ikki segera mengejar.

Tiba-tiba Shiva muncul dan menyerang Ikki, diikuti oleh Agora. Ikki hendak membalas, tapi lagi-lagi tubuhnya tak bisa digerakkan. Kedua lawannya tak membuang kesempatan. Mula-mula Shiva, kemudian Agora, lalu mereka berdua serentak menyerang Ikki. Ikki tak berdaya. Shiva dan Agora menghajarnya habis-habisan. Namun Ikki masih ngotot juga, "Aku takkan menyerah!" Shiva kesal melihatnya. Ia melompat tinggi. "Phoenix, tamatlah riwayatmu!" serunya.

Saori mengirim cosmo-nya membantu Ikki. Dari Istana Virgo, Shaka melakukan hal serupa terhadap kedua muridnya. Cosmo Athena begitu kuat sehingga Shaka membuka matanya.

Tubuh Ikki bisa digerakkan lagi. Ia langsung melepaskan tinju, mengenai kedua lawannya. Mereka kaget bukan main. Shiva maju dengan jurusnya. Ikki menahannya. Agora maju menggantikan temannya. Ikki mampu menghindar. Bahkan ketika bunga lotus kembali mekar, Ikki tetap tak terkalahkan.

Shiva dan Agora pun maju serentak, mencengkeram kedua tangan Ikki, membungkusnya dengan kekuatan mereka lalu menjungkir-balikkan tubuh Ikki, hendak menjatuhkannya dari ketinggian. Ikki merasa tak berdaya, tapi ia terbayang seruan Shun dan Saori. Mati-matian Ikki menyalakan cosmo-nya. Shiva dan Agora terkejut sehingga melepaskan cengkeraman mereka. Tanpa ampun lagi, Ikki mengerahkan Hô Yoku Ten Shô sekuat tenaga. Shiva dan Agora terhempas dan terkapar tanpa daya.
Shaka! Mottomo Kami ni Chikai Otoko
(Shaka! Orang yang hampir Setara dengan Dewa)
Teks & gambar: RAW
Seiya, Shiryû, Shun tiba di Istana Virgo. Di dalamnya terdapat pemandangan yang indah. Mereka bertanya-tanya, di mana gerangan orang yang hampir setara dengan dewa itu. Tiba-tiba terasa adanya cosmo. Mereka berlari mendekat. Pemandangan indah lenyap, berganti dengan istana yang gelap dan dingin. Akhirnya mereka menemukan Virgo Shaka yang sedang bertapa dalam keadaan melayang.

"Kami tidak gentar terhadap orang yang hampir menyetarai dewa. Tunjukkan kekuatanmu!" seru Seiya sambil bergerak maju. Shiryû hendak mencegah namun terlambat. Cosmo Shaka berkobar dan menyerang Seiya hingga ia terhempas. Shiryû bangkit, "Kini giliranku! Rozan Shô Ryû Ha!" Tetapi Shaka menahan jurus itu dengan satu tangan saja. Shiryû mati-matian hendak menyarangkan tinjunya namun tidak bisa. Justru cloth-nya retak, dan kata Shaka, "lama-kelamaan tubuhmu akan hancur." Shun langsung melemparkan Nebula Chain, tapi sama seperti waktu melawan Gemini Gold Saint, rantainya berhenti tepat di depan Shaka. "Kaan!!" seru Shaka, dan rantai Shun berbalik arah lalu membelit pemiliknya erat-erat. Sangat erat sehingga tubuh Shun mulai mengeluarkan darah. "Bagaimana rasanya dililit rantai sendiri?" tanya Shaka. "Tak lama lagi kepalamu akan putus." Shun meronta-ronta dan akhirnya terhempas.

"Dia benar-benar kuat, seperti kata Aioria," ujar Seiya. Shaka menghimpun cosmo pada tangannya. "Tenma Kôfuku!" Tampak pemandangan di neraka, lalu surga. Ketiga Bronze Saint terbanting keras hingga tak sadarkan diri. "Aku tak percaya kalian bisa melewati istana-istana sebelumnya dan sampai di istana keenam ini," kata Shaka. Tahu-tahu terdengar rintihan Shun. Shaka heran, "Rupanya yang ini masih hidup?" Ia hendak menusukkan tangannya pada Shun, tetapi justru jarinya sendiri yang berdarah. Shaka menoleh dan melihat sehelai bulu phoenix tergeletak di lantai. "Inikah yang melukai jariku?" tanyanya. Terdengar suara menjawab, "Benar." Sebuah cosmo berkobar-kobar, mengiringi munculnya sosok Phoenix Ikki.

 "Coba lihat, kakimu sudah menapak di neraka," kata Shaka. Alangkah terkejutnya Ikki melihat dirinya terendam darah.
"Itu adalah darah dari jariku," ujar Shaka. "Jika mau selamat, kau harus bersujud dan minta ampun padaku. Ikki mendengus, "Memangnya kau siapa?" Ia mengobarkan cosmo-nya. Kolam darah yang merendamnya menguap.

"Jadi kau telah mengalahkan Shiva dan Agora?" tanya Shaka. Ikki mengangguk. "Ingatkah kau kalau waktu itu kau tak bisa bergerak? Tahukah kau apa sebabnya? Aku yang membuatmu begitu dengan cosmo-ku dari Istana Virgo ini. Sayang, saat aku hampir menghabisimu, seseorang menggangguku." Ikki tersentak, "Siapa sebenarnya orang ini?" Tampak bunga lotus mekar, dan di dalamnya ada seorang anak. "Tenjô Tenga Yuiga Doku Son!"

Shaka menyalakan cosmo. Tubuh Ikki tak dapat digerakkan.
"Aku akan menempatkanmu di salah satu dari enam dunia, dan itu akan menjadi tempat kematianmu," kata Shaka. "Rikudô Rinne!" Dunia pertama, Jigokukai: tempat penyiksaan abadi. Gakikai: tempat kelaparan tak berkesudahan. Chikushôkai: tempat binatang buas yang selalu membantai apa saja. Shurakai: tempat peperangan berlangsung tanpa ada habisnya. Jinkai: dunia manusia. Dunia terakhir, Tenkai: nirwana. "Nah, di manakah kau akan jatuh, Ikki?"
Mu no Kyôfu! Me wo Aketa Shaka
(Kengerian akan Kehampaan!
Mata Shaka Terbuka)
Teks & gambar: RAW
Shaka menghampiri Ikki yang terkapar. Tahu-tahu saja Ikki melompat berdiri sambil melepaskan Phoenix Gen Ma Ken, menembus kepala Shaka. "Kali ini kaulah yang akan melihat neraka. Ayo kita lihat, ke dunia mana kau akan jatuh," kata Ikki. Tapi Shaka malah tertawa. Ia takkan jatuh ke dunia manapun sebab ia hampir setara dengan dewa. Ikki tak peduli, "Aku akan tetap mengalahkanmu!" "Kalau begitu, akan kuperlihatkan neraka sekali lagi," balas Shaka sambil menyalakan cosmo. Ikki merasa kekuatan Shaka menembus hatinya.

Tiba-tiba Istana Virgo berubah menjadi dasar Sungai Sanzu (Acheron), sungai yang berada di alam maut, yang penuh dengan batu-batu runcing. Dari kejauhan muncul Ikki kecil berjalan mendekat sambil menggendong Shun yang masih bayi. Tiba-tiba tubuh Shun terasa makin berat. Bebatuan runcing menusuk-nusuk kaki Ikki yang tak beralas. Di tengah situasi terjepit itu, Ikki mendengar sebuah suara yang menyuruhnya membuang Shun agar ia selamat. Namun Ikki menolak. Ia akan terus menggendong Shun, walau dengan susah payah, sampai menemukan cahaya.

"Bagaimana?" tanya Shaka. "Sudah pahamkah kau bahwa berapa kali pun kau mencari cahaya, kau takkan pernah menemukannya. Kini akan kubuat cloth-mu menjadi debu!" Shaka mengangkat tangannya. Phoenix Cloth di tubuh Ikki hancur lebur dalam sekejap. "Sekarang, habislah kau!" Sekali lagi Shaka mengangkat tangannya. Tubuh Ikki meronta. Semua persendiannya terputar. "Rikudô Rinne!" Ikki dengan susah-payah menghindar dan lari secepat mungkin hingga ia mendarat di suatu tempat. Tapi alangkah terkejutnya ia mendapati dirinya berada di telapak tangan Buddha. "Secepat apapun kau berlari, kau hanya berputar-putar di tangan Buddha," kata Shaka.

Ikki tetap tak mau menyerah, "Biar harus puluhan atau ratusan kali mencoba, aku pasti akan mengalahkanmu!" Shaka menjawab dengan mengarahkan cosmo-nya pada Ikki. Tubuh Ikki lenyap. Tapi belum sempat Shaka berpuas diri, kobaran api menyembur, diikuti munculnya kembali sosok Ikki, lengkap dengan Phoenix Cloth yang menempel utuh di tubuhnya. Phoenix Cloth yang bangkit kembali dari api!

"Hô Yoku Ten Shô!" Ikki melepaskan jurus. Shaka menahan dengan tangan kanannya. "Hô Yoku Ten Shô!" Shaka menghindar lalu menyalakan cosmo. "Kini akan kutunjukkan jurus terkuatku," katanya. "Ten Bu Hô Rin!" Ikki kebingungan melihat sekelilingnya. "Ini adalah jurus untuk bertahan sekaligus menyerang," jelas Shaka. "Kau takkan bisa berbuat apa-apa!"

Selesai berkata demikian, Shaka membuka matanya.
Bersamaan dengan itu, Phoenix Cloth lepas dari badan Ikki dan menghilang ke dalam lantai istana. Sekujur tubuh Ikki tak bisa digerakkan. Dengan seenaknya Shaka mencabut satu per satu indera Ikki. "Tunggu!" seru Ikki. "Kau kan orang yang hampir setara dengan dewa. Kenapa kau membela Kyôkô. Dia kan jahat!" Shaka hanya tersenyum sinis. "Aku melihat segala sesuatu dari segi kebenaran dan kejahatan. Dan kulihat Kyôkô adalah kebenaran," katanya. Ikki hampir tak percaya mendengarnya. Tapi Shaka menyambung, "Kau sudah mendengar alasanku. Kini akan kucabut pendengaran, indera terakhirmu!"
Sôretsu! Yûjô ni Chitta Ikki
(Gagah Perkasa! Ikki Gugur demi Persahabatan)
Teks & gambar: RAW
Setelah Shaka mencabut indera terakhirnya, Ikki jatuh ke Dunia Kehampaan. Ia tak mampu melihat, mencium, mengecap, mendengar, dan merasakan apapun. Sementara itu, api ke-6 padam. Berarti tinggal setengah jalan lagi waktu yang tersisa bagi para Bronze Saint. Saori yang masih tak sadarkan diri memanggil Ikki lewat cosmo-nya. "Ikki, kau adalah burung abadi, bukan?" tanyanya.

Dalam pikirannya, Ikki melihat dirinya ketika masih kecil. Seiya dan kawan-kawan sedang bermain sepakbola. Ikki heran karena tak seorang pun mengoper bola kepadanya, seakan-akan tak melihat ia ada di situ. Tiba-tiba Ikki mendengar jeritan Shun. Rupanya Jabu dan beberapa anak lain sedang menjahatinya. Ikki marah melihat adiknya diganggu, tapi Jabu dan teman-temannya hilang ditelah kabut. Shun berdiri lagi lalu memanggil Ikki sambil terisak-isak. Ikki heran sebab ia berdiri tepat di depan Shun. Ia makin heran lagi karena Shun melewatinya begitu saja sambil terus memanggil-manggil dirinya, "Abang, kau di mana?"

"Kali ini kau benar-benar akan mati!" seru Shaka sambil menyerang dengan cosmo. Tapi belum sempat ia menghabisi Ikki, Andromeda Chain melesat, menahan tangannya. Ternyata Shun sudah sadar dan siap menggantikan abangnya bertarung dengan Shaka. Namun Ikki berbicara kepada Shun melalui hatinya, "Serahkan dia padaku, Shun. Akulah yang akan mengalahkannya!" Shun pun menarik rantainya yang membelenggu tangan Shaka. Shaka tak membuang kesempatan lagi. Ia melepaskan serangan. Tanpa ia duga, Ikki membendung dengan cosmo-nya.
Bahkan lama-kelamaan cosmo Ikki meliputi seluruh Istana Virgo dan mulai merusak beberapa bagian istana. Seiya dan Shiryû jadi terbangun karena kegaduhan itu.

Shaka yang mulai kesal kembali menyerang dengan Ten Bu Hô Rin. Tubuh Ikki terpental lalu jatuh tertelungkup di lantai istana. Shun melangkah maju, hendak bertarung, tapi cosmo Ikki kembali berkobar dan lagi-lagi ia menyuruh Shun mundur, "Sudah kubilang, aku yang akan menghadapinya." Shun tercengang melihat dahsyatnya cosmo Ikki. "Jangan-jangan, abang sudah mencapai Seven Senses?" duganya.

Tiba-tiba cosmo Ikki berkobar lebih hebat lagi sehingga tiang-tiang api menyembur dari lantai istana. Salah satunya bahkan mengurung Shaka dan membuatnya tak bisa bergerak sama sekali. Tahu-tahu saja Ikki sudah berdiri di belakangnya dan menahan tubuhnya. "Apa yang kau lakukan, Ikki?" teriak Shaka dengan panik. "Jika kau mengobarkan cosmo-mu hingga tingkat tertinggi, kau akan membakar dirimu sendiri!" Ikki tak memedulikannya. Saat itu pilar-pilar Istana Virgo mulai beruntuhan. Shun maju mendekat, tapi kata Ikki, "Selamat tinggal, Shun. Bertarunglah bersama Seiya dan yang lainnya hingga titik darah terakhir." Usai Ikki berkata demikian, cosmo-nya meledak dengan dahsyat sampai-sampai sebagian istana hancur lebur.

Setelah situasi mereda, bagian-bagian Virgo Gold Cloth berjatuhan lalu menyatu sendiri. Shun sedih sekali. Seiya dan Shiryû sampai tak tahu harus berkata apa. "Tidak apa, Shun. Serahkan istana lainnya pada kami," kata Seiya pada akhirnya, sebelum meninggalkan Istana Virgo bersama Shiryû. Tapi belum jauh mereka melangkah, terdengar seruan Shun menahan mereka, "Aku juga ikut, sebab aku adalah adik Phoenix Ikki!"

Yomigaere Hakuchô! Sei to Shi to Ai to
(Bangkitlah, Angsa! Hidup, Kematian, dan Cinta)
Teks & gambar: RAW
Aioria yang hendak menguburkan Casios merasakan dua cosmo dahsyat dari arah Istana Virgo lenyap. Ia yakin salah satunya adalah milik Shaka, sedang yang satunya lagi milik salah seorang Bronze Saint. Tiba-tiba Shaina muncul. Ia kaget melihat Casios mati dan mengira Seiya penyebabnya. Aioria berkata Casios tewas demi melindungi Seiya sekaligus menyadarkan dirinya. "Akulah yang membunuh Casios," ujarnya. Shaina yang merasa semua itu ada hubungannya dengan Kyôkô beranjak menuju 12 Istana, tetapi Aioria memukul perutnya hingga ia pingsan.

Sementara itu, Seiya, Shiryû, dan Shun sampai di Istana Libra. Mereka menemukan Hyôga yang terkurung dalam balok es. "Rupanya Hyôga terlempar ke sini dari Istana Gemini," desis Shun. "Tapi, siapa yang melakukan ini?" "Orang itu pastilah saint pemilik kekuatan es: guru dari guru Hyôga, Crystal Saint. Aquarius Camus!" kata Shiryû. "Mengapa Aquarius Camus bisa ada di Istana Libra ini?" tanya Seiya tak mengerti.

Tiba-tiba ketiga Bronze Saint itu merasakan adanya cosmo Hyôga, meskipun lemah. Itu berarti, Hyôga masih hidup! "Kalau begitu, kita harus cepat-cepat mengeluarkannya!" seru Seiya sambil melancarkan Pegasus Ryûsei Ken bertubi-tubi. Namun jangankan hancur, balok es itu tergores pun tidak. "Aku pernah dengar dari Rôshi bahwa balok es ini tak dapat dihancurkan," kata Shiryû. "Jadi maksudmu Hyôga akan terkurung di situ selamanya?" teriak Seiya, putus asa.

Tahu-tahu lantai tempat mereka berpijak bergncang. Kotak Libra Cloth muncul dan terbuka. Seiya dan kawan-kawan tak habis pikir mengapa Libra Cloth yang seharusnya ada di Rozan bisa ada di Istana Libra. Shiryû dengan segera memahami maksudnya: Rôshi sengaja mengirim Cloth itu agar mereka dapat menolong Hyôga.
Baru saja Shiryû selesai bicara, Libra Cloth memancarkan cosmo. Shiryû mengikutinya lalu menanggalkan Dragon Cloth. Kemudian satu per satu senjata yang merupakan bagian dari Libra Cloth—Twin Rod, Spear, Sword, Triple Rod, Shield, Tongfar—lepas dan melesat ke genggaman Shiryû. Salah satu dari enam senjata itu dapat menghancurkan balok es dan mengeluarkan Hyôga.

Dengan yakin Shiryû mengambil Sword dan mengobarkan cosmo. "Bangkitlah, Angsa!" seru Shiryû seraya menetakkan pedangnya. Sesaat tak terjadi apa-apa. Tiba-tiba balok es itu retak menjadi dua bagian lalu hancur berkeping-keping. Tubuh Hyôga yang membeku tergeletak di lantai. Ketiga sahabatnya segera menghampiri. "Serahkan ini padaku. Kalian duluan saja," kata Shun. Seiya dan Shiryû bergegas menuju istana berikutnya sebab nyala api Istana Libra makin redup. Setelah kedua temannya pergi, Shun memandang Hyôga. "Aku akan menolong Hyôga, meski dengan mengorbankan nyawaku sendiri."

Hyôga Fukkatsu! Kono Inochi Kakete
(Hyôga Bangkit! Dengan Mempertaruhkan Nyawa Ini)
Teks & gambar: RAW
(duh, gua malu nih!)Shun tinggal di Istana Libra guna menolong Hyôga yang tubuhnya membeku akibat dikurung di dalam balok es. Ia menyalakan cosmo-nya untuk menghangatkan tubuh Hyôga. Terngiang kembali kata-kata Ikki untuk terus berjuang bersama teman-temannya. "Maaf bang, tapi rasanya aku tak bisa lagi," desahnya.

Shun teringat pada masa latihannya di Pulau Andromeda. Saat itu ia ditantang Leda. Shun berusaha meyakinkan Leda untuk tidak bertarung karena pada akhirnya mereka berdua juga yang terluka. Akibatnya, Shun babak belur dihajar Leda. June kesal melihat Shun diam saja. "Apa yang kau lakukan, Shun? Dia akan membunuhmu. Bertarunglah! Kau ingin memperoleh Andromeda Cloth agar bisa kembali ke Jepang dan bertemu dengan abangmu lagi, kan?" teriaknya. Shun seakan tersadar mendengar kata-kata June. Ia balik menyerang Leda dan mengalahkannya.

"Waktu itu aku teringat akan janjiku pada abang. Tapi sekarang..."

Seiya dan Shiryû tiba di istana ke-8, Istana Scorpio. Tiba-tiba mereka merasakan cosmo Shun memancar dengan dahsyat lalu menghilang. Shiryû teringat akan cerita tentang tiga hewan yang menolong seorang musafir yang hampir mati kelaparan. Beruang membawakan seekor ikan; rubah membawakan buah. Kelinci, hewan terkecil dan terlemah di antara ketiganya, tak mempunyai apa-apa. Demi menolong si musafir, ia meloncat ke api agar dapat menghangatkannya sekaligus menjadi makanannya. Cerita tentang kelinci kecil itu mirip dengan legenda mengenai Andromeda, yang menjadi rasi pelindung Shun. Andromeda dirantai dan menjadi tumbal untuk menyelamatkan negerinya.

Seiya tersentak mendengar cerita Shiryû. "Ayo kita kembali untuk mencegah Shun!" ajaknya. Tapi belum sempat mereka beranjak, terdengar sebuah suara, "Tunggu!" diikuti munculnya Scorpion Milo, Gold Saint yang menghancurkan Pulau Andromeda.
"Jika kalian sudah masuk istana ini, kalian tak bisa keluar lagi," katanya.

Milo menggunakan kekuatannya untuk mendera mereka. Shiryû berusaha melawan dengan Rozan Shô Ryû Ha namun tak berhasil. Ia mencoba sekali lagi, tetapi Milo membendung dan membalikkan tinjunya hingga Shiryû terpental. Seiya bangkit menggantikan temannya. Sambil berusaha membangkitkan cosmo tertinggi, Seven Senses, ia melesakkan Pegasus Ryûsei Ken. Ternyata tinju Seiya mampu mendesak Milo bahkan sampai menggores wajahnya. "Kau orang pertama yang melakukannya," kata Milo.

Milo menyeringai, "Akan kutunjukkan kekuatanku yang sebenarnya!" Seiya terjerembab, namun ia belum mau menyerah. Shiryû pun tak mau kalah.
Mereka bersatu melancarkan Rozan Shô Ryû Ha dan Pegasus Ryûsei Ken. Milo membalas dengan Scarlet Needle. "Rasakan sengatan kalajengking ini!" teriaknya. Tubuh Seiya dan Shiryû terasa sakit sekali, bagai ditusuk jarum. Milo bersiap-siap melancarkan serangan lagi, tetapi sebuah cosmo menahannya. Seiya dan Shiryû menoleh, dan dengan setengah tak percaya melihat Hyôga datang sambil menggendong Shun.
Kôfuku ka Shi ka! Kono Tsubasa Aru Kagiri
(Menyerah atau Mati! Selama Sayap Ini Ada)
Teks & gambar: RAW
Seiya dan Shiryû terkejut melihat kedatangan Hyôga. "Apa Shun sudah mati?" tanya mereka. "Jangan bicara sembarangan!" bentak Hyôga. "Takkan kubiarkan dia mati. Kita akan bersama-sama sampai Ruangan Kyôkô. Kalian juga, berdirilah! Luka seperti itu takkan membuat kalian terkapar selamanya, kan?"

Milo mendengus, "Huh, kau ini sedang mimpi ya? Dengan kondisi seperti itu mau melawanku?" Ia melancarkan Restriction ke arah Hyôga, namun hanya dengan berpaling Hyôga menahannya, lalu menggunakan Calypso untuk mengunci gerakan Milo. "Cepat pergi ke istana berikutnya dengan Shun. Aku akan mengalahkan Milo," kata Hyôga kepada Seiya dan Shiryû.

Di tempat Saori, Tatsumi baru saja tiba. Tiba-tiba sekelompok pengawal datang.
"Mau apa orang asing datang ke Sanctuary, heh?" hardik mereka. Tatsumi tidak gentar. "Aku Tatsumi, pemegang Dan 3 kendo!" Meski berhasil dalam pertarungan satu lawan satu, Tatsumi tak berdaya ketika dikeroyok ramai-ramai. Salah seorang pengawal mendatangi Saori, hendak menikamnya. Tiba-tiba seseorang menahan tangannya. Ternyata Jabu, yang diikuti Ban, Ichi, Geki, dan Nachi. Kelima Bronze Saint itu tanpa kesulitan menebas habis lawan-lawannya.

Sementara itu di Istana Scorpio, Milo membebaskan diri dari Calypso. "Apa kekuatanmu cuma segitu?" ejeknya. "Tidak, aku cuma mengunci gerakanmu sampai Seiya keluar dari istana ini," jawab Hyôga. Milo segera membuka serangan, "Restriction!" Hyôga melindungi diri dengan hawa dingin lalu melancarkan Diamond Dust, yang dibalas Milo dengan Scarlet Needle. Pertahanan Milo tertembus, tubuhnya membeku. Hyôga girang melihatnya. Tapi baru sebentar, cosmo Milo berkobar dan es yang menyelubunginya hancur berkeping-keping. "Sebaiknya kau cemaskan dirimu sendiri," kata Milo. "Apa katamuu..?" teriak Hyôga. "Diamond..." Belum sempat jurusnya keluar, Hyôga mengerang. Ternyata tadi Milo sempat menusukkan Scarlet Needle.

Scarlet Needle adalah jurus yang menyerang sistem saraf manusia. Total ada 15 tusukan di 15 titik, yang melambangkan 15 bintang pembentuk rasi Scorpio. "Selama ini orang hanya mampu bertahan hingga 5-6 tusukan," kata Milo seraya mendera Hyôga dengan Scarlet Needle. Hyôga belum mau kalah. "Aku takkan menyerah selama sayap ini masih ada! Diamond Dust!" Jurus Hyôga beradu dengan jurus Milo. Tapi Milo berhasil menusukkan Scarlet Needle ke-12 di tubuh Hyôga, disusul dengan dua tusukan berikutnya.

"Tinggal satu tusukan lagi, Antares, yakni tepat di jantung," kata Milo. "Kau orang pertama yang akan merasakannya. Kuberi kau dua pilihan: menyerah atau mati." Hyôga tak memedulikan omongan Milo dan terus berusaha bertahan. "Kalau begitu, selamat tinggal, Hyôga!" "Sebaiknya kau lihat kakimu dulu," sela Hyôga. Milo kaget setengah mati melihat kedua kakinya membeku. "Kau kira untuk apa aku menyerangmu tadi? Rasakan ini, jurus terkuat Cygnus...Aurora Thunder Attack!!" Pukulan Hyôga menghantam Milo dengan telak.
Susume Hyôga! Hokori Takaki Yûsha
(Maju, Hyôga! Pahlawan Agung)
Teks & gambar: RAW
Tinju terkuat Hyôga, Aurora Thunder Attack, berhasil mematahkan perlawanan Milo. Namun belum sempat Hyôga berpuas diri, Milo muncul kembali di hadapannya. "Jangan senang dulu," katanya. "Coba lihat dirimu sendiri." Hyôga terkejut bukan main melihat tubuhnya bersimbah darah. Luka di tempat-tempat yang ditusuk Milo semuanya mengucurkan darah. Bersamaan dengan itu indera-inderanya melemah. Penglihatannya mulai kabur.

Tapi Hyôga belum mau menyerah. Ia terus saja memukuli Milo dengan membabi-buta. Milo yang sudah kesal melihat tingkah Hyôga langsung membentaknya, "Kenapa kau masih ngotot juga? Apa kau tidak memikirkan perasaan Camus?" Hyôga tertegun, "Perasaan Camus?"

Milo pun menjelaskan kepada Hyôga alasan Camus pergi mendatanginya di Istana Libra dan mengurungnya dalam balok es. Camus ingin melihat sejauh mana kesiapan Hyôga dalam menghadapi para Gold Saint. Ternyata Hyôga belum mampu menghayati Seven Senses. Meski Camus sudah membuat kapal tempat ibunya berada makin terperosok, Hyôga masih belum menunjukkan kemajuan.
Camus tak ingin Hyôga tewas di tangan Gold Saint lain. Itulah sebabnya Camus mengurungnya dalam balok es.

"Karena aku menghormati Camus, kubiarkan kau pergi dari 12 Istana. Perlahan-lahan inderamu juga akan pulih kembali," ujar Milo sambil beranjak pergi. Tapi ternyata Hyôga masih berkeras juga. "Enak saja! Teman-temanku telah bertarung dengan gagah berani. Masak aku pergi begitu saja tanpa berjuang mati-matian! Selama nyawaku masih ada, aku akan terus bertempur!" Milo terpana mendengarnya. "Kau dengar itu, Camus?" serunya. "Perkataannya itu justru membuat aku ingin bertarung dengan sungguh-sungguh dan membunuhnya. Boleh, kan?"

Hyôga menyalakan cosmo-nya. "Aurora Thunder Attack!" "Scarlet Needle, Antares!" Antares Milo menusuk titik terakhir di tubuh Hyôga. Tapi alangkah terkejutnya Milo melihat ia sendiri diselimuti es. Hyôga telah berhasil membekukan ke-15 seimeiten [titik nyawa bintang] Scarlet Needle. "Entah apa jadinya jika aku tak mengenakan Gold Cloth," desis Milo.

Tahu-tahu cosmo kembali berkobar pada tubuh Hyôga yang tergeletak di lantai. Hyôga membuka matanya lalu merangkak menuju pintu keluar. Milo makin heran melihatnya. "Jangan-jangan perempuan yang mati-matian ia dan teman-temannya lindungi itu benar-benar Athena?" batin Milo.

Milo cepat-cepat menghampiri Hyôga dan menusuk titik tempat sebelumnya ia menusukkan Antares. Hyôga tersedak dan mengerang kesakitan, namun setelah itu ia merasa lebih pulih. Ternyata tindakan Milo barusan adalah untuk menghentikan pendarahannya.
Hibike! Sankuchuari no Goorudo Kurosu
(Bergemalah! Gold Cloth dari Sanctuary)
Teks & gambar: RAW
Api Istana Scorpio telah padam. Tatsumi makin tak sabaran. "Kenapa sih Seiya lama sekali?" gerutunya. "Tenanglah, Tatsumi-san," ujar Jabu, "apa Anda tidak percaya pada mereka?"

Kemudian Geki datang dengan membawa tongkat Saori. "Terima kasih, tongkat ini sangat berharga bagi Nona," kata Tatsumi sambil meletakkannya di tangan Saori. Tiba-tiba tongkat itu memancarkan cosmo, berdiri tegak, dan menembakkan cosmo-nya ke langit. Lalu Sagittarius Cloth muncul dari langit dan mendarat di tengah-tengah mereka. "Aioros sudah mengembalikannya," desis Tatsumi. "Siapa itu Aioros?" "Abang Aioria. Sagittarius Gold Saint."

Tatsumi lalu menceritakan kejadian 13 tahun lalu, saat kakek Saori, Kido Mitsumasa, bertemu dengan Aioros di Sanctuary. Saat itu Aioros sedang sekarat. Ia menyerahkan seorang bayi perempuan dan Sagittarius Cloth sambil berpesan agar Kido Mitsumasa membesarkan bayi itu dan melatih anak-anak muda menjadi saint guna melindunginya dari tangan jahat penguasa Sanctuary. Aioros lalu meninggal karena luka-lukanya sudah sangat parah.

Tatsumi bersujud di hadapan Sagittarius Cloth, "Aioros, lindungilah Seiya dan teman-temannya." Tiba-tiba cosmo tongkat Saori bersatu dengan cosmo Sagittarius Cloth. Terdengar suara bagai irama lonceng yang bergema di seantero Sanctuary.
Itu artinya, ke-12 Gold Cloth telah berada di tempat yang sama.

Kyôkô juga mendengar suara gema itu. "Setelah 13 tahun akhirnya semua Gold Cloth berada di Sanctuary. Jika Sagittarius Cloth kembali, itu berarti...mustahil! Berarti Aioros masih hidup!?" 13 tahun lalu Kyôkô hendak membunuh Athena bayi namun Aioros berhasil mencegahnya. Saat bergumul, topeng Kyôkô terlepas. Aioros kaget setengah mati melihat wajahnya, "Kau..!!" Karena hampir tak berdaya menghadapi serangan Kyôkô, Aioros cepat-cepat melarikan diri bersama Athena dan Sagittarius Cloth.

Tiba-tiba pintu Ruangan Kyôkô terbuka. Seiya, Shiryû, Shun melangkah masuk. Ternyata itu hanya ilusi. Namun kemudian pintu terbuka kembali. Para Bronze Saint menyerbu masuk. Kyôkô memanggil 12 Gold Saint untuk melindunginya, tapi mereka justru berbalik hendak menyerang dirinya. Di tengah rasa paniknya, kembali terbukti bahwa semua hanya ilusi. Tapi belum lama Kyôkô menarik nafas lega, lagi-lagi pintu terbuka.
Kali ini Aioros dan Saori yang datang. Kyôkô mencoba menghalau mereka dengan kekuatannya namun tak berhasil. Justru Saori mengacungkan tongkatnya yang dengan cosmo-nya menghantam diri Kyôkô. Setelah itu, untuk ketiga kalinya Kyôkô menyadari bahwa semua yang dilihatnya tak lebih dari ilusi.

Gema ke-12 Gold Cloth masih terus berkumandang hingga tiba-tiba bayangan Athena dan Saori menyatu. Sagittarius Cloth kembali menembakkan cosmo-nya lalu terbang menuju Istana Sagittarius.

Sementara itu, Seiya—yang menggendong Shun yang masih belum sadarkan diri—dan Shiryû telah memasuki Istana Sagittarius dan melihat Sagittarius Cloth. Tiba-tiba cloth itu bergerak mengikuti pergerakan Seiya. Seiya bergeser ke arah lain. Cloth tersebut masih tetap mengikutinya sambil mengacungkan panah emasnya. Seiya dan Shiryû makin bingung melihatnya. Tahu-tahu tangan Sagittarius Cloth menarik tali busurnya. Shiryû langsung menyadari bahaya yang mengancam Seiya. Seiya panik. Shun terlepas dari gendongannya. Anak panah Sagittarius melesat ke dada Seiya.
Shônen yo! Kimi tachi ni Atena wo Takusu
(Wahai Pemuda! Kupercayakan Athena Padamu)
Teks & gambar: RAW
Anak panah Sagittarius yang melesat ke arah Seiya ternyata menancap di tembok istana, tepat di bawah lengan Seiya. Seiya dan Shiryû tak habis pikir mengapa Sagittarius Cloth yang selama ini melindungi mereka kali ini menyerang. Sementara itu, Shun telah kembali sadar. Tiba-tiba tembok yang ditancapi anak panah itu meledak, dan sebuah lorong menganga di hadapan para Bronze Saint. Tak lama setelah itu Hyôga tiba, dan mereka berempat masuk ke dalam lorong sebab tak tampak jalan lain untuk keluar dari Istana Sagittarius. Namun segera setelah mereka masuk, lubang di tembok istana tiba-tiba tertutup kembali.

Di dalam lorong yang gelap, para Bronze Saint berusaha mencari jalan keluar. Tiba-tiba terjadi goncangan dan langit-langit lorong makin lama makin rendah. Shiryû menggunakan Rozan Shô Ryû Ha untuk menghancurkan batu besar yang hendak menimpanya. Namun pecahan-pecahan batu tersebut justru berjatuhan menimbunnya.

Seiya, Hyôga, dan Shun menemukan jalan keluar, namun mereka terjebak dan jatuh ke dalam sebuah gua misterius. Rantai Shun mendeteksi adanya bahaya ketika tiba-tiba batu-batu tajam menyerang mereka. Shun dengan mudah menaklukkan bebatuan tersebut, namun rantainya menembus dinding gua sehingga air bah melimpah. Hyôga membekukan air terjun di hadapannya dengan Diamond Dust, tetapi jurus itu tak bertahan lama. Air terjun yang membeku itu mencair kembali dan langsung menerjang Hyôga.

Seiya dan Shun terhadang sebuah jurang. Shun berusaha menyeberang bersama Seiya dengan menggunakan rantainya. Tetapi karang yang digunakan untuk menambatkan Andromeda Chain tak cukup kuat untuk menahan berat Seiya dan Shun. Shun menyuruh Seiya melompat ke seberang, namun Seiya bersikeras ingin bersama-sama dengan Shun, hingga Shun terpaksa melempar Seiya ke seberang. Tambatan pun hancur, dan bersamaan dengan itu Shun jatuh ke dalam jurang.

Seiya berusaha mati-matian memanjat tebing yang menghadangnya. Namun karena tenaganya sudah terkuras, ia selalu jatuh lagi. Akhirnya Seiya tak sanggup lagi. Ia terkapar di tepi tebing. Tiba-tiba sebuah cosmo keemasan mengalir, meliputi tubuh Seiya. Shiryû, Hyôga, dan Shun juga mengalami hal serupa. Lalu dalam sekejap mereka berempat telah berada kembali di dalam Istana Sagittarius. Sagittarius Cloth ada di hadapan mereka. Tiba-tiba anak panah cloth itu kembali melesat dari busurnya dan menancap di tembok. Terlihat ada sebuah tulisan berbahasa Yunani terpahat di sana: "Wahai pemuda, kupercayakan Athena padamu. Aioros."

Unaru Seiken! Shura tai Doragon
(Raungan Pedang Suci! Shura vs. Dragon)
Teks & gambar: RAW
Matahari sudah hampir terbenam. Waktu tinggal tiga jam lagi, sementara Seiya, Shiryû, Hyôga, dan Shun baru sampai di istana ke-10, Istana Capricorn. Di dalam istana, keempat Bronze Saint melihat patung dewi Athena yang sedang memberikan Pedang Excalibur kepada seorang prajurit. Kata Shiryû, Excalibur hanya diberikan kepada saint yang paling jujur dan setia kepada Athena. Dan karena patung itu ada di Istana Capricorn, berarti Capricorn Saint lah yang paling setia pada Athena.

Mendengar itu, Seiya tidak terima, "Siapa lagi yang paling setia pada Athena selain kita?" Shun juga mendukung pendapat Seiya. Hyôga mengusulkan agar mereka cepat-cepat keluar karena ternyata di situ tidak ada siapa-siapa. Tanpa kesulitan mereka dapat keluar dari istana. Namun Shun terlalu cepat gembira. Tiba-tiba tanah tempat mereka berdiri terbelah. Seiya, Shiryû, dan Hyôga dapat menghindar, tetapi Shun terperosok ke dalam jurang. Beruntung Andromeda Chain dengan cepat melesat, dan dengan bantuan Seiya, Shun berhasil memanjat ke atas.

Ternyata Shiryû masih berada di seberang. Tepat pada saat itu Capricorn Gold Saint, Shura, datang. Seiya, Hyôga, dan Shun meneruskan perjalanan mereka, sementara Shiryû berhadapan dengan Shura.

Namun ternyata Shura sangat tangguh. Shiryû hampir tak dapat berbuat apa-apa. Shura lalu bercerita tentang kejadian 13 tahun lalu, ketika Aioros kabur dari Sanctuary dengan membawa seorang bayi. Saat itu Shura mencegat Aioros dan menghajarnya tanpa ampun. Tiba-tiba kotak Sagittarius Cloth yang dibawa Aioros terbuka dan Gold Cloth itu melekat di tubuh Aioros. Dengan kekuatan baru, Aioros berhasil mendesak Shura. Namun seketika ia menyadari bahwa bayi yang dibawanya sudah tak ada di tempat semula, dan telah berada tepat di hadapan Shura. Karena khawatir Shura akan membunuh bayi itu, Aioros tak bisa berbuat apa-apa sehingga ia dengan mudah dikalahkan oleh Shura. Setelah mengalahkan Aioros, Shura berniat membunuh bayi itu juga. Namun tiba-tiba ia mengurungkan niatnya dan pergi begitu saja.

Mendengar cerita Shura, Shiryû sangat marah. Ia berusaha menyerang Shura namun selalu gagal, walau sesekali mampu mendesaknya. Shura tak memberi ampun pada Shiryû. Ia menghempaskannya dengan jurus Jumping Stone, lalu membelah perisai Shiryû dan menghancurkan Dragon Cloth dengan jurus Excalibur-nya yang tajam seperti pedang. Tapi tiba-tiba cosmo Shiryû menyala, dan di punggungnya muncul gambar naga.

Aa Shiryû! Hoshi to Natte Kiyu
(Ah Shiryû! Kau Lenyap Menjadi Bintang)
Teks & gambar: RAW
Walau tak mengenakan cloth, tenaga Shiryû masih mencukupi untuk melawan Shura. Bahkan Shura sempat terpental terkena jurus Rozan Shô Ryû Ha. Namun Shura mengetahui kelemahan jurus itu, yaitu bahwa saat melakukannya, secara tak sadar jantung Shiryû tak terlindungi. Diberitahu hal itu, Shiryû tenang saja. Kelemahan jurus itu sudah diketahuinya waktu ia bertarung melawan Seiya di Galaxian Wars. Shura tentu saja kaget. Ia tak menduga Shiryû sengaja menonjolkan kelemahan jurusnya untuk melawan dirinya.

Tiba-tiba tubuh Shiryû diselimuti bayangan naga. Shura kaget. Dengan cepat ia membelah tanah dengan jurusnya. Shiryû menghindar, lalu dengan segera membuka jurus andalannya, Rozan Shô Ryû Ha. Shura tertawa senang. Kesempatan mengalahkan Shiryû terbuka lebar. Dengan jurus Excalibur-nya, dada Shiryû ditembusnya. Darah pun mengucur dari tubuh Shiryû. Dua kali Shura melakukan hal serupa. Darah dari jantung Shiryû makin deras. Namun dengan tenaga yang masih dimilikinya Shiryû menarik tangan Shura, lalu dengan cepat menghajarnya.

Mata Shiryû menerawang sedih. Ia teringat pada sebuah jurus yang paling dilarang oleh Rôshi. Jurus itu tercipta sendiri saat Shiryû meningkatkan cosmo-nya terus menerus sampai maksimal. Tak ada yang dapat menandingi jurus itu. Namun itu yang menjadi bumerang bagi Shiryû. Ia akan ikut mati bersama lawannya bila jurus itu dilakukan. Oleh karena itulah Rôshi melarangnya menggunakan jurus itu, apa pun alasannya.

Namun Shiryû sudah tak punya pilihan lain. Tanpa menunggu lebih lama ia membuka jurus mautnya, "Rozan Kô Ryû Ha!!" Sambil mengunci gerakan Shura, Shiryû berteriak, "Rôshi, maafkan aku! Seiya, Shun, Hyôga, lindungilah Athena!" Tubuh Shiryû dan Shura melayang ke angkasa. Sebagai tandanya, tampak komet berbentuk naga. Shunrei yang melihatnya menjadi panik. Ia berlari menemui Rôshi. Ternyata Rôshi sedang menangis. "Shiryû, akhirnya kau menggunakan jurus itu juga," ucap Rôshi dengan sedih. Seiya, Shun, dan Hyôga yang juga melihatnya seakan tak percaya. "Shiryû, apa kau sudah mati?" gumam Seiya dengan suara gemetar.

Di angkasa, Shura bertanya mengapa Shiryû rela melakukan itu semua. "Demi melindungi Athena, yang dulu hampir kau bunuh," jawab Shiryû. Shura tersentak. Ia tidak tahu bahwa bayi yang dibawa Aioros 13 tahun lalu itu adalah Athena. "Aku hampir saja membunuh Athena," gumam Shura tak percaya. Namun keinsyafan Shura sudah terlambat. Cosmo Shiryû telah mencapai puncaknya. Mereka berdua mulai menghilang. "Shiryû, sebenarnya aku ingin menolongmu," kata Shura, "tapi sudah terlambat. Kita akan segera menjadi bintang. Kuharap engkau akan menjadi bintang yang cemerlang, yang selalu menyinari Athena."

Rôshi dan Shunrei tak kuasa menahan air mata. Kepergian Shiryû ditandai dengan lenyapnya komet naga. Seiya, Shun, dan Hyôga juga tak sanggup menahan kesedihan. Sebuah bintang baru muncul di angkasa. Ketiga Bronze Saint seakan melihat Shiryû yang sedang tersenyum.
Saraba! Waga Shi yo Waga Tomo yo
(Selamat Tinggal! Guruku, Temanku)
Teks: Mochi / Gambar: RAW
Seiya, Hyôga, dan Shun tiba di Istana Aquarius. Camus sudah menunggu mereka di depan istana. "Seiya, Shun, kalian pergi saja dulu. Aku masih ada urusan dengannya," kata Hyôga.

"Kau mau apa, Hyôga? Bertarung denganku? Sudah lupa kalau sebelum ini kau tidak bisa apa-apa saat menghadapiku?" sindir Camus sambil masuk ke Istana Aquarius. Hyôga tak peduli. Ia tetap menantang Camus, "Aku akan mengalahkanmu! Diamond Dust!" Namun hanya dengan satu tangan, Camus menahan jurus Hyôga. "Yang mengajarkan jurus itu kepada gurumu, Crystal Saint, adalah aku, tahu!" kata Camus sambil membalikkan serangan Hyôga. "Kalau mau mengalahkanku, kau harus mendalami dulu apa yang disebut Zettai Rei-do [Nol Derajat Mutlak]!" ujar Camus. Hyôga hanya terpana. Ia ingat dulu pernah diajari Crystal Saint tentang Zettai Rei-do. Camus lalu melepaskan jurus Aurora Execution. Hyôga melompat untuk menghindar, namun kaki kirinya kena. Hyôga mengerang. Kakinya terasa sakit karena hawa dingin dari jurus Camus.

Hyôga belum menyerah, ia mencoba jurus lain, "Aurora Thunder Attack!" Tapi jurus itu pun tidak ada apa-apanya bagi Camus. Dengan mudah Camus membalikkan Aurora Thunder Attack ke arah Hyôga. Hyôga kembali tersungkur. Camus mendekatinya, "Kalau masih keras kepala, lebih baik kau mati saja." Dan seperti ketika mereka bertarung di Istana Libra, Camus kembali menggunakan jurus Freezing Coffin untuk membungkus Hyôga dalam peti es.

Namun kali ini Hyôga tak mau kalah begitu saja. Ia teringat pada Shiryû yang mengeluarkannya dari peti es di Istana Libra. Shiryû telah berjuang sampai titik darah terakhir ketika menghadapi Shura. Hyôga tak mau perjuangan Shiryû sia-sia. Ia mengerahkan segenap tenaganya, dan peti es Camus hancur berkeping-keping. Camus kaget setengah mati. Tak disangkanya Hyôga bisa keluar dari peti es.

Hyôga langsung menyerang Camus, namun untuk kesekian kalinya Camus berhasil menahan serangan Hyôga dan langsung membalikkannya. Tapi kali ini Hyôga dapat menahan serangan balik Camus. Selama beberapa saat mereka beradu pukulan. Camus memperingati Hyôga, "Kalau begini terus, cloth-mu bisa hancur.
Daya tahan Bronze Cloth terhadap suhu dingin hanya sampai -150°, Silver Cloth hingga -200°, sedangkan Gold Cloth bisa sampai -243.15°." Camus menambah kekuatan pukulannya, namun Hyôga ternyata mampu menahannya, walau bersamaan dengan itu cloth-nya hancur. Bahkan setelah itu ia berhasil membalikkan pukulan Camus. Tubuh Camus terseret. Ternyata cloth-nya mulai membeku.

 Camus kembali bersiap-siap menyerang dengan Aurora Execution. Ia terkejut melihat Hyôga melakukan gerakan yang serupa dengannya. "Apa itu? Dia juga mau menyerang dengan Aurora Execution?" gumam Camus. Maka mereka berdua melepaskan jurus yang sama. Tanpa diduga Camus, pukulan Hyôga telah mencapai Zettai Rei-do. Serangan mereka sama-sama menembus pertahanan lawan, sehingga timbul benturan yang luar biasa keras.

Camus, Hyôga, dan Istana Aquarius tampak memutih karena beku. Camus tersungkur di hadapan Hyôga. Ia tewas. Di saat terakhir, Hyôga berkata dengan lemah, "Aku telah mempelajari semua darimu, Camus. Terima kasih...dan selamat tinggal." Hyôga pun ambruk.

Bi no Senshi! Afurodiite
(Pendekar Cantik! Aphrodite)
Teks: Mochi / Gambar: RAW
Waktu yang tersisa tak sampai dua jam lagi. Tatsumi serta Jabu dkk. makin gelisah. Sementara itu, Seiya dan Shun masih menuju ke istana yang ke-12. Di tengah jalan tiba-tiba Shun terjatuh. Ketika Seiya membantunya berdiri, Shun berkata, "Seiya, sebelum tiba di Istana Pisces, kau harus berjanji padaku bahwa kau tak usah ikut campur." "Apa? Jadi kau akan menghadapi Pisces Gold Saint?" "Ya, dan kau terus saja ke tempat Kyôkô." Seiya keberatan. Ia bersikeras bahwa apa pun yang terjadi, mereka harus selalu bersama. Shun mengingatkan Seiya akan keadaan Saori, dan bahwa waktu mereka tinggal sedikit. Seiya masih ragu-ragu, namun Shun kembali menegaskan bahwa dirinya telah berjanji pada Ikki bahwa ia akan terus berjuang hingga titik darah terakhir. Ia juga mengatakan, dulu gurunya pernah berkata bahwa dalam sebuah pertarungan, bukan cloth yang utama, melainkan semangat dan cosmo. Selain itu, Shun tidak ingin pengorbanan Ikki, Shiryû, dan Hyôga menjadi sia-sia. Akhirnya Seiya mau menerima.

Tepat saat itu api Istana Aquarius padam. Berarti waktu tinggal satu jam lagi. Seiya dan Shun segera melanjutkan perjalanan. Saat Istana Pisces sudah di depan mata, tiba-tiba setangkai mawar menyerang mereka. Seiya dan Shun segera menghindar. Di hadapan mereka muncul Pisces Gold Saint, Aphrodite.

Sesuai perjanjian, Seiya segera melewati Aphrodite. Aphrodite diam saja, tapi ternyata ia hendak membunuh Seiya begitu ia bergerak meninggalkan Istana Pisces. Namun belum sempat Aphrodite menghajar Seiya, Shun sudah menahan tangannya dengan rantainya. "Aphrodite, akulah lawanmu!" seru Shun. Aphrodite tertawa, "Hei Andromeda, Seiya takkan pernah sampai ke Ruangan Kyôkô. Ia akan mati sebelum tiba di sana karena mawar-mawar yang kutanam di sepanjang jalan."

Sementara itu, Seiya yang sudah tiba di luar Istana Pisces terjebak mawar-mawar merah yang sengaja ditanam Aphrodite. Seiya terus maju menerobos jalan yang dipenuhi mawar, tapi wangi beracun yang dikeluarkan mawar-mawar itu makin lama makin melemahkan tubuhnya. Akhirnya Seiya tak sanggup lagi. Ia langsung jatuh pingsan.

Demon Rose! Amaki Shi no Kaori
(Mawar Setan! Wangi Harum Kematian)
Teks: Mochi / Gambar: RAW
Mengetahui bahwa Seiya tak sadarkan diri, Shun berniat menolong temannya itu. Tapi Aphrodite mencegahnya karena Shun sudah menantangnya untuk bertarung. Shun tak buang-buang waktu lagi. Ia bertekad mengalahkan Aphrodite secepatnya lalu menolong Seiya. Ia menyerang Aphrodite dengan Nebula Chain. Tetapi senjata andalannya itu seperti mainan bagi Aphrodite.

Aphrodite lalu mengatakan bahwa yang membunuh Albior, guru Shun, adalah dia sendiri dengan menggunakan mawarnya. Shun terkejut karena selama ini ia mengira bahwa Milo lah pembunuh gurunya. Aphrodite tak buang-buang waktu lagi. Royal Demon Rose miliknya mulai beraksi. Shun terjerembab. Namun ia merasa aneh. Ia tak dapat bergerak. Memang itulah akibatnya bila terkena Royal Demon Rose. Albior tewas juga dengan cara seperti itu.

Namun Shun tak mau menyerah. Ia selalu teringat pada nasehat gurunya tentang saint sejati, yaitu bahwa dalam suatu pertarungan yang penting adalah semangat juang dan kekuatan cosmo yang tak ada habisnya.
Karena selalu teringat pesan itulah Shun masih terus berusaha untuk bertahan. Sikapnya itu membuat Aphrodite tercengang. Tak disangkanya Shun memiliki semangat juang yang tinggi.

Aphrodite kembali melemparkan Royal Demon Rose. Dengan cepat Shun mengaktifkan rantainya sebagai pelindung. Mawar Aphrodite tak bereaksi sedikit pun. Aphrodite terpana. Barulah ia menyadari kesaktian Nebula Chain Shun. Selama ini ia selalu meremehkan Bronze Saint itu. Shun tak berlama-lama lagi. Dengan segera ia menyerang Aphrodite. Rantai yang sering dianggap remeh oleh Aphrodite itu dengan segera menerjang tubuh lawannya. Aphrodite terjerembab. Tiba-tiba ia menghilang, tetapi Shun tenang saja. Jurus Thunder Web-nya langsung mendeteksi di mana Pisces Saint itu berada. Aphrodite tentu saja kaget setengah mati. "Tak heran ia menjadi murid kesayangan gurunya," gumam Aphrodite dalam hati.

Tiba-tiba aroma yang menyengat dari mawar milik Aphrodite memenuhi Istana Pisces. Aphrodite tertawa lalu berseru dengan lantang, "Shun, jika kau dilindungi oleh Nebula Chain, maka mawar-mawar ini juga bisa melindungi diriku!" Shun diam saja, tapi ia segera melepaskan jurus Thunder Web. Tampak Nebula Chain mengenai sesuatu. "Berhasil!" seru Shun. Tapi ternyata rantainya itu tertahan oleh mawar hitam milik Aphrodite.

Yasuraka ni! Shun Saigo no Hohoemi
(Damai! Senyum Terakhir Shun)
Teks: Mochi / Gambar: RAW
Mawar yang menghalangi gerak Nebula Chain ternyata mawar hitam Piranhian Rose. Mawar ini reaksinya cepat, tidak seperti mawar merah Royal Demon Rose yang perlahan-lahan. Aphrodite segera melemparkan Piranhian Rose. Shun melindungi dirinya dengan Rolling Defense tapi rantainya hancur lebur. Tak lama kemudian cloth-nya dihancurkan mawar Aphrodite.

 "Tanpa rantai dan cloth, kau seperti bayi. Tak bisa apa-apa," ejek Aphrodite sambil meninggalkan Shun yang terkapar. Tiba-tiba ia mendengar rintihan Shun. Saat berbalik, dilihatnya cosmo Shun keluar dengan dahsyatnya. Belum hilang rasa terkejut Aphrodite, Shun sudah menghajarnya dengan Nebula Stream. Tubuh Aphrodite melayang ke langit-langit. Tapi Shun terjerembab lagi karena luka yang dideritanya. Melihat keadaan Shun, Aphrodite kegirangan. Tetapi ia terlalu cepat senang.
Tubuhnya tak bisa digerakkan, dan ia jatuh terkapar di lantai istana.

"Baru kali ini aku terpaksa memakai mawar putih Bloody Rose karena mawar merah dan mawar hitam tak bereaksi sama sekali terhadapmu," kata Aphrodite. "Tapi asal kau tahu saja, kalau mawar ini lepas dari tanganku, ia langsung menancap di jantungmu dan menghisap semua darahmu sampai kau mati."

Dengan segenap kekuatannya, Shun mati-matian menahan Bloody Rose yang dilemparkan Aphrodite dengan Nebula Stream. Tetapi mawar putih itu tak terpengaruh. Ia menembus pusaran angin Shun dan menancap di jantungnya. Shun tak mau menyerah. Dengan cosmo yang sudah mencapai Seven Senses, ia melepaskan jurus pamungkasnya, "Nebula Storm!!" Tubuh Aphrodite terkapar. Energinya habis sudah. Sambil tersenyum lemah ia berkata, "Aku salut padamu, Shun. Tapi nasib kita sama." Mata Aphrodite terpejam. Mawar merah, hitam, dan putih menyelubungi tubuhnya.

Mawar putih di jantung Shun mulai memerah terkena darah. Shun berkata, "Abang, aku tak mengecewakanmu. Aku sudah berjuang hingga titik darah terakhir." Lalu ia tersenyum sedih, "Maafkan aku, Seiya. Aku tak bisa menolongmu. Sebentar lagi aku akan berjumpa dengan Shiryû, Hyôga, dan abangku. Selamat tinggal, Seiya." Darah merah menutupi warna putih mawar Aphrodite di jantung Shun. Shun terkapar, tergeletak di sebelah Aphrodite.
Kieru Hidokei! Kyôkô no Shôtai
(Jam Api Padam! Undangan Paus)
Teks: Mochi / Gambar: RAW
Waktu tinggal satu jam. Anak panah yang menancap di dada Saori sebentar lagi akan menembus jantungnya. Tatsumi, Jabu, Nachi, Ichi, Ban, dan Geki makin gelisah. Hyôga, Ikki, Shiryû, dan Shun telah tewas, sedangkan Seiya masih pingsan. Jika keadaan terus begini, Saori takkan terselamatkan lagi.

Marin berhasil menemukan Seiya. Ia melepas topengnya dan memasangnya di wajah Seiya. Seiya pun tersadar, sedangkan Marin langsung pingsan karena terlalu banyak menghirup serbuk mawar beracun. Seiya terharu akan pengorbanan Marin dan teman-temannya. Dengan pukulannya, ia melenyapkan mawar-mawar beracun Aphrodite. Ketika ia ingin menolong Marin, Shaina datang dan berkata bahwa ia akan menjaga Marin.

Sesampainya di Ruangan Kyôkô, Seiya terkejut melihat keramahan Kyôkô. Namun Kyôkô mengaku bahwa ia tak bisa mencabut panah yang tertancap di dada Athena. Ia menyuruh Seiya pergi ke altar suci di belakang istana untuk mengambil perisai pada patung dewi Athena. Perisai itu harus disatukan dengan patung dewi kemenangan, Nike, yang bentuknya telah berubah menjadi tongkat yang dipegang Saori. Kedua benda itulah yang bisa menyelamatkan nyawa Saori.

Baru saja Seiya hendak melangkah, terdengar suara Kyôkô, "Berhenti! Kaukira aku akan membiarkanmu mengambil perisai itu begitu saja?" Seiya tertegun. Kyôkô membalikkan badannya. Wajahnya yang tadi ramah kini mengerikan. Tiba-tiba muncul Gemini Cloth yang kemudian melekat di tubuhnya. "Jadi Kyôkô adalah Gemini Gold Saint!" gumam Seiya tak percaya.

Sementara itu, Marin yang telah sadar bercerita pada Shaina bahwa di Star Hill ia menemukan jasad Kyôkô yang asli. Shaina terkejut mendengarnya, "Jadi Kyôkô yang sekarang bukanlah yang asli?" "Ya," jawab Marin. "Kurasa Kyôkô yang sebenarnya telah dibunuh Kyôkô yang sekarang."

Di Ruangan Kyôkô, Seiya menghadapi Gemini Saint, Saga. Saga menghajarnya dengan Another Dimension, namun tiba-tiba Seiya sudah kembali terkapar di lantai istana. Dilihatnya Saga sedang menghadapi suara hatinya yang baik, "Menyerahlah. Takkan kubiarkan kau membunuh Seiya." Namun sisi jahatnya yang menang. "Baiklah. Aku takkan membunuhnya," kata Saga, "tapi aku akan membuatnya menderita. Biar kurusak semua inderanya. Yang pertama, indera pengecap! Hiaatt!" Pukulan Saga menembus mulut Seiya. Belum hilang keterkejutan Seiya, Saga sudah bersiap-siap merusak indera perabanya.
Ike Seiya! Tomo no Shi wo Koete
(Ayo, Seiya!
Demi Lampauilah Kematian Teman-teman)
Teks: Mochi / Gambar: RAW
Api Istana Pisces semakin mengecil. Nyawa Saori semakin terancam. Di Ruangan Kyôkô, Seiya tak mampu lagi menghadapi Saga. Satu-persatu inderanya dirusak Saga.

Sementara itu di Istana Aries, Mû dimintai tolong oleh Shaka yang sedang berada di luar dimensi waktu. Dengan kekuatan yang dimilikinya, Mû membebaskan Shaka dan Ikki, dan menempatkan mereka di Istana Virgo. Shaka memulihkan Phoenix Cloth dan menyuruh Ikki bergegas menolong Seiya.

Di Ruangan Kyôkô, Seiya berhasil membangkitkan cosmo tertingginya. Ia menghajar Saga dengan Pegasus Rolling Crush. Saga terjungkal, tetapi jurus Seiya itu belum mampu melumpuhkannya. Baru saja Saga hendak membunuh Seiya, Ikki datang. Ikki menyuruh Seiya pergi ke altar suci, sedangkan ia menantang Saga.

Di tengah jalan, Seiya kehabisan tenaga. Namun saat putus asa melandanya, suara Shun, Shiryû, dan Hyôga mendorongnya. Semangat Seiya timbul lagi.

Di Ruangan Kyôkô, Saga kewalahan menghadapi Ikki. Karena terdesak, ia mengambil jalan pintas. Pilar penyangga istana dirobohkannya. Di saat Ikki kewalahan menghadapi pilar-pilar yang roboh itu, Saga bergegas mengejar Seiya.

Seiya telah tiba di kaki altar Athena. Tubuhnya terasa lemas, tetapi Shun, Shiryû, dan Hyôga terus memberinya semangat. Seiya berhasil. Diangkatnya Perisai Athena yang telah ada di genggamannya. Tiba-tiba Saga sampai di hadapannya dan melepaskan pukulan ke perutnya. Tepat pada saat itu Perisai Athena bersinar. Cahaya keemasannya menerangi kaki bukit. Seiya terjerembab. Saga menoleh ke arah Jam Api. Semua api telah padam, dan tidak terjadi apa-apa. "Selesai sudah. Kini akulah penguasa dunia. Ha ha ha ha ha...." Saga tertawa gembira.

Di kaki bukit, Tatsumi, Jabu, dan Bronze Saint lainnya tertunduk lemas. Api istana terakhir telah padam. Saori sudah tak tertolong lagi. Tiba-tiba terjadi sesuatu. Cahaya aneh menyelimuti tubuh Saori. Anak panah di dadanya lenyap dan perlahan-lahan mata Saori terbuka.

Tsudoe Tomo yo! Atena no Moto ni
(Bersatulah, Teman!
Dalam Pimpinan Athena)
Teks: Mochi / Gambar: RAW
Seiya berhasil mendapatkan Perisai Athena. Sinar keemasan yang memancar dari perisai itu membuat anak panah yang tertancap di dada Saori lenyap. Saori pun sadar kembali. Dengan dikawal Tatsumi, Jabu, Nachi, Ichi, Geki, dan Ban, Saori pergi untuk menolong para Bronze Saint.

Sementara itu, Saga sedang asyik mendera Seiya. Di saat Saga hendak membunuhnya, Ikki datang. Tetapi ia pun tak berdaya menghadapi Saga.

Saori yang baru tiba di Istana Aries disambut Kiki dan Mû. Mereka lalu melanjutkan perjalanan. Aldebaran, Aioria, Shaka, dan Milo juga turut menyertai Saori. Kemudian Saori menghidupkan kembali Shiryû, Hyôga, dan Shun. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan hingga ke altar Athena. Saga tentu saja kaget setengah mati melihat kedatangan Saori.

Shiryû, Hyôga, dan Shun yang mulai pulih menantang duel dengan Saga. "Rozan Shô Ryû Ha!" "Aurora Execution!" "Nebula Storm!" Tetapi Saga membalikkan pukulan mereka. Shiryû, Hyôga, dan Shun terkapar.

Tiba-tiba terdengar rintihan Seiya. Ia berusaha untuk berdiri. "Huh, kau masih saja mencoba bertahan," cela Saga. Aldebaran tergerak hatinya untuk membantu Seiya, tetapi Aioria menahannya. "Biarkan dia berdiri dengan tenaganya sendiri," kata Aioria.

Setelah berusaha mati-matian, Seiya berhasil berdiri. "Athena, beri aku kekuatan untuk melihat lagi," gumam Seiya.
Seketika itu cahaya emas menyelimuti patung Athena. Mata Seiya kembali pulih. "Apa!?" seru Saga, tak percaya. "Seiya, aku juga ingin ikut membantumu," terdengar suara Shiryû, Shun, Ikki, dan Hyôga.

Cosmo kelima Bronze Saint menyatu dalam pukulan Seiya. "Pegasus Ryûsei Ken!!" Tubuh Saga membubung tinggi. Seiya dan kawan-kawan terhempas, kehabisan tenaga.
Namun tahu-tahu Saga muncul kembali. "Jangan kalian kira aku begitu mudah dikalahkan," katanya.

Saori maju. "Seiya dan teman-teman telah berjuang demi menolongku," ujarnya. "Sekarang giliranku untuk berjuang melindungi mereka."

 "Ha ha! Ayo, sini!" tantang Saga. "Biar kita tahu, aku atau Athena yang lebih kuat!" Namun tiba-tiba tubuh Saga mengejang. Cloth-nya lepas dari tubuhnya. "Saga, sisi jahatmu mengalami tekanan sehingga menjadi retak. Bertobatlah!" ujar Saori, prihatin. Tapi Saga tak peduli. Ia melepaskan pukulannya ke arah Saori. Semua orang tersentak.

Ternyata Saga merebut tongkat Saori dan mengenainya ke perutnya sendiri.
Sisi jahat Saga hancur, dan sisi baiknya telah berhenti menangis. "Ampuni aku...Athena..." ucap Saga terpatah-patah. Saga memejamkan matanya. Ia tewas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar